Senin, 11 Juli 2016

Rumah Kontrakan 5



Esoknya hari jumat, aku kembali bekerja. Sebelumnya di pagi itu kami mandi bersama dan masih sempat melakukan hubungan badan, dan sesudah melakukan hubungan, Siska menyediakan buatku sarapan pagi serta dua butir telur ayam kampung setengah matang. Katanya agar staminaku tetap terjaga. Pokoknya pagi itu aku merasa bahagia sekali sebab Siska memperlakukanku layaknya suaminya sendiri.
“Ok, aku kerja dulu ya, Say,” kataku.
“Iya, Ar. Hati-hati di jalan... oh iya, nanti sore kita jadi pergi kan?” tanya Siska.
“Ok... pasti jadi donk, kamu siapin aja baju dan juga pakaian renang yang sexy ya, hehe.” pintaku.
“Siip lah, kamu jangan sore-sore pulangnya ya... oh iya, nanti kita ketemuan dimana?” tanya Siska.
“Nanti kamu tunggu aku di mall saja jam 17.30, jangan lupa bawa jacket ya, helmnya nanti aku siapin, ok? See u, honey.” jawabku.
“Oke, see u...” balas Siska sembari mencium bibirku.

Sorenya aku langsung bergegas pulang dan langsung menjemput Siska di salah satu mall. Dia cantik sekali sore itu, wajahnya kelihatan gembira saat melihat aku datang. Saat itu dia menggunakan jeans belel ketat dan tang top warna abu-abu. Tubuhnya yang proporsional dan dadanya yang besar kelihatan sangat membusung, membuat semua lelaki di mall tersebut memperhatikannya. Kamipun segera berangkat dan Siskapun memelukku dengan erat saat kubonceng.
Di perjalanan kami habiskan dengan bercanda dan tertawa, ternyata aku telah berhasil untuk membuat dia lupa akan kesedihannya.
Kira-kira jam tujuh malam, sampailah kami di daerah Gadok, saat itu perjalanan kami terhambat oleh karena hujan yang tiba-tiba turun cukup deras. Kamipun segera mencari tempat berteduh yang aman, aku  menemukan sebuah pos ronda yang saat itu kosong dan kamipun berteduh disana.
Hujan semakin deras dan suhu udara terasa dingin, aku memberikan kepada Siska jaket kulitku agar dia tidak kedinginan. “Nih, pakai jaketku, Sis. Didobel aja sama jaketmu biar tidak kedinginan.” sambil kupakaikan jaketku ke tubuhnya.
“Nanti kamu pakai apa, Ar?“ jawab Siska.
“Sudah, tidak apa-apa. Yang penting kamu jangan sampai sakit, kamu baru pulih kan,” kataku.
“Oke deh,” jawab Siska.
Lama kelamaan kurasakan dingin juga udara di kawasan ini, tapi aku tidak tega melihat Siska kedinginan, akupun menyilangkan tanganku di dadaku agar tanganku menjadi hangat.
“Ar, kamu kedinginan ya? Kemarikan tanganmu,” pinta Siska sambil membuka jaket agar tanganku dapat masuk.
“Mungkin lebih enak seperti ini saja, Sis.” kataku sambil memintanya duduk di pangkuanku dan tanganku masuk ke dalam jaketnya dan memeluknya dari belakang. “Nah, seperti ini lebih hangat.” kataku.
“Huh, dasar… maunya tuh... tapi kalau mau lebih hangat, aku lebih tahu, begini nih!” kata Siska sambil mengambil kedua tanganku dan memasukkannya ke dalam tank topnya dan menempatkannya di kedua gundukan bukit payudaranya.
“Ehmm... kamu tau aja caranya memberikan kehangatan kepadaku, Sis.” kataku sambil kuremas perlahan kedua payudaranya yang montok dan kucium lembut bibirnya, kamipun terlibat percumbuan yang hangat sambil terus kupermainkan payudaranya yang telah kubuka branya.
Percumbuan kami baru berhenti saat kulihat dari kejauhan ada orang yang mendekat, segera kuminta Siska agar membereskan pakaiannya. Ternyata hanya orang yang melintas. Karena khawatir ketahuan, kami tidak melanjutkan percumbuan itu.
“Ar, apakah tempatnya masih jauh?” tanya Siska.
“Sudah nggak terlalu jauh sih. Kenapa, kamu mau kita melanjutkan perjalanan saja?” tanyaku.
“Aku pikir begitu, aku rada ngeri disini. Lagipula tasku dan tasmu tahan air, paling hanya tubuh kita yang kebasahan.” pinta Siska.
“Tapi nanti kamu bisa sakit loh, Sis!” kataku.
“Nggak apa-apa, paling nanti minta kamu pijat lagi, hihi.” canda Siska.
“Oke deh, yuk kita jalan.” kataku, lalu kami melanjutkan perjalanan. Dengan cepat tubuh kami basah kuyup oleh karena hujan masih terus turun dengan derasnya. Sekitar 20 menit perjalanan, sampailah kami di tempat yang kumaksud dan akupun segera memesan sebuah bungalow yang paling bagus di tempat itu.
Siska tampak terkagum-kagum oleh bungalow yang aku pesan karena letak satu bungalow dengan yang lain sangat berjauhan dan masing-masing bungalow itu terdapat kolam renang ukuran sedang dan dilengkapi jacuzi yang dibentuk secara alami. Seperti surga, katanya. Kamarnya pun begitu luas, dengan kamar mandi dalam yang temboknya hanya dibatasi dengan kaca, jadi kalau mandi pasti kelihatan lah seluruh aurat kita. Siska menelan ludah melihat tempat itu.
“Bagus sekali ya, Ar… seperti mimpi.” kata Siska.
“Bener kan kataku...” sahutku sambil memeluk tubuh Siska setelah office boy yang mengantar kami keluar. “Kamu tidak mau mencoba kamar mandi kita?” kataku.
“Oh iya, pasti donk... ayo kita mandi bersama,” ajak Siska.
“Aku mau kamu mandi duluan, karena aku mau menonton kamu mandi dari kasur ini.” kataku nakal sambil kubuka seluruh bajuku dan kurebahkan tubuhku di kasur empuk itu.
“Huh, dasar nakal... awas ya, nanti akan kubuat pertunjukan yang bikin kamu masuk dan mandi bersamaku!” jawab Siska lalu dia segera masuk ke dalam kamar mandi dan segera melakukan aksinya dengan membuka seluruh bajunya perlahan-lahan seakan seperti tidak ada yang mengawasi. Dia melakukan gaya-gaya yang sexy hingga seluruh tubuh telanjangnya terpampang pada kaca itu, membuat kontolku langsung menegang dengan keras sekali. Buru-buru kususul Siska masuk ke kamar mandi dan langsung saja kusergap tubuhnya dan kupeluk erat dari belakang.
“Tuh kan, kamu gak tahan… lagian nekat mau tontonin aku mandi… uoohs... sshh... Ardiii… kamu nakal sekali…” canda Siska sambil merintih nikmat saat kedua payudaranya yang besar kuremas dengan penuh nafsu.
“Kamu pintar sekali membuat gerakan erotis seperti tadi... kamu belajar dari mana, Sis?” tanyaku lalu kunyalakan shower kamar mandi dan kuletakkan di tempatnya yang berada 20 cm di atas kepala kami. Air shower yang hangat segera mengguyur tubuh kami berdua yang telanjang, kamipun berpagutan dengan mesra di kamar mandi tersebut. Tubuh Siska yang telanjang begitu indahnya saat air membasahi tubuhnya dan cahaya ruangan yang temaram memantulkan sisi erotisnya.
Gairah kami berdua pun bergejolak di tubuh kami, kuciumi seluruh tubuh Siska dan kugigiti dengan penuh nafsu beberapa titik rangsangan di sekujur tubuhnya. Siskapun mendesis-desis nikmat dan menjambak rambutku saat paha bagian dalamnya kuciumi dan terus kususuri sampai ke pangkal pahanya, dengan lembut kubuka bibir vaginanya dan tersembullah klitorisnya yang mungil kemerahan, dengan rakus mulai kujilati benda itu. Siska berusaha menahan diriku agar tidak melakukan hal tersebut.
“Ooow... Ar, ehmm… jangan, Ar… kan jorok disitu… uhh... ahh...” rintihnya penuh nikmat.
“Nggak apa-apa, Sis... sudah, kamu nikmati saja… kan sudah dibersihkan pakai air tadi… nikmati saja ya...” jawabku sambil kuteruskan menjilati klitorisnya dengan penuh nafsu.
Siska terdiam dan menikmatinya.
“Gimana, Sis, enak kan?” tanyaku lagi.
“Ehmm… iya sih… auw... enak, Ar… terus... aku belum pernah diginiin sama suamiku… terus, Ar… ahh... aku bisa nggak kuat kalo diginiin terus… aahh...” jawab Siska.
“Suamimu tuh bodoh, Sis… tidak tahu bersyukur, dan kurang ahli dalam bercinta…” balasku.
“Iya, Ar… jauh dibanding dengan kamu… kamu ahli sekali… ahh, udah donk... cepat masukin kontolmu, Ar…” pinta Siska.
“Nanti dulu donk… aku mau kamu jilati dulu kontolku, Sis…” sahutku sambil aku masuk ke dalam bath up dan duduk selonjor di dalamnya. Siska pun mengikuti masuk ke dalamnya, air hangat yang ada di dalam bath up membuat kami semakin terangsang. Siska segera memegang kontolku dan mulai menjilatinya. Kubelai rambutnya yang tergerai panjang dengan tangan kananku sementara tangan kiriku meremas-remas tonjolan payudaranya yang menggantung indah di depan dadanya.
“Oooh... Sis, kamu makin pintar saja… kamu suka ya sama kontolku?” kataku memujinya.
“Iya donk, kan aku guru yang ahli dan punya kontol yang sesuai dengan impianku…” balasnya semakin agesif.
“Kelihatannya kontolku juga suka dengan bibirmu.” balasku.
“Harus suka donk... kan yang punya bibir ini orangnya cantik dan sexy.” kata Siska sambil terus mengulum batang kontolku.
“Sudah, Sis... yuk kita mulai menambang cairan cintamu.” kataku lalu memintanya untuk bersandar pada sisi bath up, kuminta dia untuk melebarkan kedua pahanya. Pelan-pelan kuterobos lubang nikmatnya hingga seluruh kontolku terbenam di dalam memeknya.
“Oooh... Ar, enak sekali… pelan-pelan ya, Sayang…” rintih Siska suka.
“Tenang aja, Sayang... aku kan ahlinya, hehe.” balasku.
Pelan tapi pasti mulai kupompa tubuh sexy-nya dan semakin lama menjadi semakin cepat. Siskapun merintih dan menjerit penuh kenikmatan mendapatkan pompaan dari kontolku.
“Oooh... Ar, enak sekali… ooww… achh… ahh... terus... terus… tekan yang dalam, Ar… terus tekan… ahhh...” rintihnya.
Terus saja kugenjot memek Siska. Sungguh aku juga merasakan nikmat bukan kepalang karena memek Siska ini masih begitu sempit dan ketat.
“Sis, boleh kutanya sesuatu?” tanyaku.
“Apa, Ar?” balas Siska.
“Waktu kamu nikah sama Mas Anton, kamu masih perawan?” tanyaku.
“Iya, Ar, aku masih perawan saat dia menikahiku.” katanya.
“Kamu jujur, Sis?” tanyaku lagi.
“Iya, Ar, buat apa aku berbohong padamu. Kontolmu adalah kontol kedua yang kurasakan setelah Mas Anton. Aahh… shhh… terus, Ar…” jawab Siska sambil melenguh.
“Pantas saja memekmu begitu enak, Sis… ohh!” kataku sambil terus kugenjot tubuh sintalnya.
“Enak gimana maksudmu, Ar… aahh… shhh... terus, Ar… tekan terus…” tanya Siska sambil merintih.
“Lubangmu masih sempit sekali, Sis… ooh, enak sekali… lubangmuu…” jawabku.
“Ah, itu bukan karena sempit lubangnya, Ar... tapi karena kontolmu yang gede banget… sshh... aahh… ouhh... terus, Ar… aku mau sampai nih… terus, tekan yang dalam, Ar…” pinta Siska.
Sengaja kukurangi tempo sodokan kontolku pada lubangnya dan kucabut dengan tiba-tiba.
“Kok malah dikeluarin, Ar… ayo donk masukin… aah, kamu jahat, Ar… aku nanggung nih, udah mau sampai bentar lagi…” rengeknya manja.
“Aku mau kita menyelesaikannya di ranjang saja,” kataku sengaja untuk membuat dia semakin penasaran.
Perlahan kuangkat tubuhnya dari bath up dan kubawa dia keluar dari kamar mandi menuju ke ranjang. Sebelum kurebahkan, perlahan kuturunkan tubuhnya di samping ranjang dan aku mengambil handuk lalu dengan lembut kukeringkan seluruh tubuhnya dengan handuk itu. Dia pun melakukan hal yang sama kepadaku. Setelah tubuh kami kering, baru kubaringkan tubuhnya di ranjang dan perlahan kumasukkan kembali kontolku ke dalam lubang kenikmatannya. Mata Siska terpejam saat menerimanya.
“Oohh, Ar… aku merasa bahagia sekali… andai saja kamu suamiku, aku pasti akan menjadi wanita paling bahagia di dunia... ayo, Ar, buat aku bahagia… aahh… shshsh... uuhh...” rintih Siska.
“Iya, Sis… andai juga kamu jadi istriku, aku pasti bakal menyetubuhimu siang dan malam… aahh... shshhs… enak sekali memekmu, Sis...”
Aku mulai memompa tubuhnya dan terus menggoyang dengan penuh nafsu. Kedua kaki Siska sudah mengangkang dengan lebarnya, seakan-akan ingin menelan seluruh batangku ke dalam memeknya.
“Iya, Ar… aku mau kamu entot siang dan malam… aku mau… aku mau… kamu jadi kan aku istri gelapmu… kaulah suamiku yang sebenarnya… ouuh… aahh... terus, Ar…” balas Siska semakin menggila.
Tak berapa lama iapun mengejang nikmat, Siska orgasme dengan dahsyatnya karena tadi orgasmenya sempat kutahan, hehe. Dia mengejang beberapa kali, kelihatannya dia menikmati sekali. Tinggal aku yang belum keluar. Biar saja, aku akan melanjutkannya nanti, perutku terasa lapar dan ingin makan. Saat Siska masih terbaring lemah, aku beranjak menuju telephone untuk memesan makan malam pada room service.
Setelah mulai pulih tenaganya, Siska segera mengambil baju di dalam tasnya dan segera ia kenakan. Wow, ternyata dia memakai gaun malam transparan yang sexy berwarna merah hati, ia pakai lingerie sexy itu untuk menutupi payudara dan kemaluannya yang terbuka.
“Wow, kamu sexy sekali, Sis.” pujiku tulus.
“Iya donk... kan aku harus usaha supaya kamu juga bisa orgasme, pokoknya kita tidak akan melewati malam ini dengan sia-sia.” balas Siska sambil melenggak-lenggok seperti model yang berjalan di atas catwalk.
Aku punya ide gila, dan segera kusampaikan kepada Siska. “Sis, kamu sexy sekali. Aku punya tantangan untukmu, gimana kalau nanti yang membukakan pintu untuk roomboy nya kamu sambil memakai gaun tersebut dan berjalan seperti itu?” tantangku.
“Ih, kamu gila ya... nggak mau ah, nanti aku disangka perempuan murahan lagi.” jawab Siska.
“Ah, memangnya ada yang kenal kamu disini? Ayo gimana, nanti aku berikan kamu satu petualangan seru lagi buat kamu, mau nggak? Kamu pasti suka deh.” jawabku.
“Apaan tuh?” kata Siska.
“Ada deh, pasti kamu suka.” jawabku.
“Ok deh... tapi nanti kalau aku diperkosa sama dia gimana? Aku takut, Ar...” jawab Siska.
“Tenang aja, itu nggak mungkin terjadi, Sis. Manager hotel ini adalah teman baikku, kalau ada apa-apa, aku pasti beritahu dia. Tenang aja,” jawabku.
“Oke deh... apa sih yang nggak aku kasih untukmu, sayang…” jawab Siska manja.
Tak lama bel berbunyi dan ada suara laki-laki memanggil. Akupun segera menyuruh Siska untuk membuka pintu, sedang aku pura-pura beristirahat di tempat tidur. Siska segera membukakan pintu dan mempersilahkan roomboy tersebut untuk masuk.
“Silahkan, Mas, tolong taruh makanannya di meja sana ya.” katanya sambil Siska berjalan mendahului masuk dan berlenggak-lenggok sexy. Aku yang mengintip melihat roomboy tersebut terpana dan menelan ludah sambil mengikuti Siska, matanya melahap seluruh tubuh sexy Siska yang hanya berbalut gaun merah yang sungguh-sungguh mempertontonkan kemulusan kulit tubuhnya, dengan tangan gemetar dia meletakkan makanannya diatas meja dan dengan wajah tegang dia segera minta diri untuk keluar kamar.
Tapi sebelum keluar, Siska sengaja memanggil roomboy tersebut dan dia menyodorkan dengan perlahan uang tips untuknya, maksudnya supaya dia dapat membuat roomboy itu lebih memperhatikan seluruh tubuh bagian depannya. Kulihat si roomboy melongo seperti orang bloon memandangi kedua payudara indah Siska yang seakan ingin memberontak keluar dari kungkungan bajunya. Dia baru sadar setelah dikagetkan oleh suara Siska yang memanggilnya.
“Mas... mas... kok bengong? Ini tips dari saya, makasih ya.” kata Siska.
“I-iya, bu… m-makasih juga… maaf.” segera dia berlari kecil keluar dari kamar kami.
Setelah agak lama dia keluar, kamipun tertawa bersama-sama.
“Kamu hebat, Sis... tadi aku lihat kamu nakal juga ya, kamu sengaja ya berlama-lama untuk memberikan uang tips supaya dia lihatin tubuhmu? Wah, tuh orang sekarang pasti lagi nyari sabun mandi untuk onani habis-habisan, hahaha...” candaku.
“Iya, Ar, tadi aku sengaja... abisnya nanggung kalau cuma lenggak-lenggok doang, sekalian aja aku godain dia. Trus tadi aku lihat anunya juga sudah membesar di balik celananya. Yang buat aku geli pas liat wajahnya yang bloon itu loh, hihihi...” balas Siska.
“Ah, kamu ini sudah pintar ya… yang dilihat kontolnya si mas.” candaku lagi.
“Iya donk, sepertinya gede juga tuh, Ar, hihi…” jawab Siska menggodaku.
“Huh dasar, aku nggak kasih lagi kontolku, baru tahu rasa kamu, hehe…” kataku sambil mengelus batang kontolku.
“Halah, gitu aja ngambek.” goda Siska.
“Ayo kita lanjutkan, Sis. Aku jadi tambah terangsang lihat aksi kamu tadi.” lanjutku.
“Ayo, Ar. Aku juga sama.” jawab Siska.
“Tapi apa nggak lebih baik kalau kita makan dulu karena perutku lapar sekali.” tanyaku.
“Ehm, boleh juga sih. Lagian sepertinya makanannya keliatan enak tuh, yuk kita makan dulu.” jawab Siska.
“Oke, ayo.” jawabku.
Dengan hanya menggunakan pakaian seadanya kami menyantap makanan yang telah tersedia, sambil bercakap-cakap tentunya.
“Ar, tadi kamu bilang punya petualangan seru, apa tuh kalau aku boleh tahu? Tadi kan aku udah lakukan yang kamu minta.” tanya Siska.
“Gini loh, Sis... manager hotel ini kan adalah teman baikku. Jadi, karena sudah begitu dekat, maka aku diberikan satu fasilitas rahasia mengenai setiap bungalow di tempat ini.” jawabku.
“Rahasia apa tuh, Ar?” tanya Siska penasaran.
“Aku diberitahu oleh temanku itu bahwa setiap bungalow punya pintu rahasia yang bisa tembus sampai ke dalam lemari di kamar tersebut. Dan tadi sebelum kita masuk ke kamar, aku sempat menemui temanku itu untuk meminjam salah satu kunci rahasia bungalow yang sedang disewa oleh orang lain, menurutnya yang menyewa bungalow tersebut adalah dua orang lelaki setengah baya dan seorang wanita yang cantik sekali. Mereka sudah masuk duluan sebelum kita, kira-kira beda setengah jam lah.” jelasku.
“Ohh, jadi kamu mengajakku untuk mengintip mereka?” tanya Siska.
“Mau nggak?” tanyaku.
“Tapi nanti kalau ketahuan gimana?“ tanya Siska ragu-ragu.
“Yah paling-paling kamu diperkosa sama mereka, Sis, hahaha...” balasku sambil bercanda.
“Huh, dasar nakal... nggak ah, aku jadi takut, Ar.” jawab Siska.
“Nggak apa-apa, Sis... aku pasti jagain kamu kok, kita coba dulu... seru tau!” kataku mendesaknya.
“Tapi, beneran ya kamu lindungi aku... kapan kita mau kesana, dan dimana bungalow mereka letaknya?” tanya Siska kemudian.
”Pasti aku lindungi kamu... kita lakukan nanti setelah selesai makan, bungalownya kebetulan ada di samping bungalow kita, Sis.” jawabku.
“Wah, seru juga nih… tapi aku sedikit takut, Ar.” jawab Siska.
“Udah, tenang aja... yuk cepat kita habiskan makanan kita, nanti mereka keburu selesai lagi.” jawabku.
Tak lama kami pun selesai menyantap makanan dan segera bergegas menuju bungalow yang ada di sebelah kami. Melalui akses pintu rahasia yang ada di balik semak belukar, kami pun masuk perlahan-lahan menuju satu titik cahaya yang menurut temanku itu adalah celah dari pintu lemari. Setelah jarak kami semakin dekat, mulai terdengarlah suara perbincangan dua orang laki-laki dan seorang perempuan.
“Wah, kamu pintar juga, Ton... bisa membawa Devi kesini. Kamu tahu aja yang jadi kesukaanku.” sahut salah seorang laki-laki.
“Saya lakukan ini kan untuk bos, biar bos nggak stress. Bener nggak, Dev?” jawab laki-laki yang satunya lagi.
Siska pun terkaget begitu mendengar kedua suara laki-laki tersebut karena dia begitu mengenali suara tersebut. Itu adalah Anton dan Pak Wira, bosnya dahulu.
“I-itu Mas Anton, Ar, dan bosku yang dulu.” kata Siska geram setengah berbisik, akupun langsung mendekap mulutnya supaya jangan bersuara lagi.
“Iya, berarti itu juga bosku yang sekarang, Sis.” kataku berbisik.
Dengan tegang kami pun meneruskan mendengarkan perbincangan mereka dan mengintip melalui celah yang cukup lebar pada lemari tersebut sehingga adegan dalam kamar dapat kami lihat dengan begitu jelasnya. Dengan hati-hati aku mengeluarkan camera handphoneku dan mulai merekam setiap kejadian dalam format video, kupikir kejadian ini harus kusimpan baik-baik dan Siskapun menyetujuinya.
“Iya, Pak. Saya sering perhatikan bapak selalu marah-marah bila di kantor, makanya Anton punya ide untuk mengajak bapak ke tempat ini. Maaf ya, Pak, kalau kurang berkenan.” rayu Devi.
“Oh nggak apa-apa, malah saya senang sekali kalian perhatian sama saya, justru kalian begitu mengerti kebutuhanku.” jawab Pak Wira.
“Gimana, Pak, bisa kita mulai?” tanya Anton.
“Boleh, aku juga udah nggak sabar pingin mencicipi tubuh montok kamu, Devi. Sudah lama aku menginginkannya, tapi karena statusku, aku harus benar-benar jaga image. Sebelumnya aku juga kepingin sekali menyetubuhi Siska waktu masih menjadi sekretarisku, tapi keburu kamu nikahi, Ton. Kapan-kapan bisa aku nikmati dia juga kan? Sebab aku masih penasaran sama dia.” tanya Pak Wira sambil mulai membelai rambut Devi.
“Sepertinya perlu waktu untuk pendekatan dulu tuh, Bos, nanti coba saya cariin caranya deh... untuk sekarang, bos nikmati dulu Devi ya?” jelas Anton tanpa beban.
“Oke deh, tapi simpan di agendamu ya, hehe...” perintah Pak Wira.
“Iya, Pak. Sekarang saya keluar dulu ya,” pamit Anton.
“Iya, kamu keluar sebentar.” jawab Pak Wira.
“Dev, kamu layani ya bos kita, biar dia senang.” kata Anton pada Devi.
“Oke, aku jamin Pak Wira pasti senang.” jawab Devi nakal.
Anton segera meninggalkan ruangan tersebut dan mulailah kami lihat Pak Wira dengan penuh nafsu langsung menciumi bibir Devi dan tangannya bergerilya di seluruh tubuh gadis itu. Aku lihat Devi pun tak mau kalah, dia langsung berusaha mencari penis Pak Wira dan mengeluarkannya dari kungkungan celana panjangnya.
“Tunggu sebentar, Dev... aku mau kamu membuka seluruh bajumu, aku mau menikmati melihat tubuhmu yang telanjang bulat, aku mau kamu menari-nari erotis dihadapanku.” pinta si Bos sambil melepaskan pelukannya.
“Oke deh, Bos liatin ya...” Devi mulai membuka satu persatu baju dan dalaman yang dikenakannya, tak lama iapun telanjang bulat dihadapan Pak Wira dan mulai menari-nari erotis disana.
Siska yang melihat aku melotot melihat pemandangan itu, mencubit pahaku dengan keras, aku pun meringis kesakitan dibuatnya.
“Rasain kamu...” kata Siska berbisik.
“Duh kamu... sakit tau!” kataku.
“Habisnya kamu nakal...” balas Siska.
“Habisnya perempuan itu cantik dan sexy sekali, kalau lihat begini torpedoku bisa nggak tahan nih, Sis.” jawabku, memang kulihat tubuh Devi begitu kencang, kelihatannya dia rajin senam karena payudara, perut, bokong dan pahanya begitu kencang, sexy sekali dia, seperti kuda Australia, pikirku.
“Yuk kita kembali, daripada ngeliatin mereka, kita cuma jadi mupeng.” ajakku.
“Ntar dulu, Ar, aku mau lihat dulu mereka bermain.” jawab Siska penasaran.
“Oh, kamu mau lihat torpedo bosmu ya?” kataku bercanda.
“Iih, nakal kamu, Ar.” sahut Siska sambil mencubit lagi pahaku. “Aku tuh mau lihat apakah Mas Anton menyetubuhi Devi juga.” jawabnya.
“Maksudmu kamu mau tahu kalau Mas Anton selingkuh atau tidak?” tanyaku lagi.
“Iya, Ar.” jawab Siska.
“Oh gitu, kalau seperti itu kita nggak perlu tungguin karena aku ada informasi buat kamu mengenai Mas Anton. Lebih baik kita segera kembali, nanti aku jelaskan sama kamu.” kataku sambil tanganku menarik lengannya untuk kembali.
Kamipun segera kembali ke bungalow kami, dan Siska langsung bertanya tentang informasi itu. Tanpa banyak komentar langsung saja kuberikan handphone dan kubukakan rekaman video yang memuat adegan antara Devi dan Mas Anton saat mereka bercinta di kantor. Mata Siska kontan terbelalak melihat isi video tersebut.
“Pantas saja saat menyetubuhiku dia selalu udah lemas.” kata Siska dengan geram.
“Sudahlah, Sis... kan posisinya sudah seri dan adil, jadi kita bisa lebih bebas.” jawabku sambil membelai tubuhnya.
Melihat dia masih belum bisa meredam emosinya, aku jadi tidak berniat untuk bersetubuh dengannya. Malam itu kami hanya berpelukan mesra di ranjang. Kudengar Siska menangis, kudiamkan saja dia sambil kupeluk hingga diapun tertidur pulas.
Pagi harinya matahari masuk dan menyinari kamar tidur kami dari jendela kaca yang cukup besar. Aku terbangun tanpa Siska di sampingku, aku pun segera beranjak dari tempat tidur, kudengar dari arah luar ada suara kecipak air di kolam renang. Aku berjalan kesana, begitu sampai, aku terpana melihat Siska sedang berenang di kolam tanpa mengenakan sehelai benangpun. Aku seakan-akan melihat bidadari cantik yang sedang mandi seorang diri.
“Sis...” panggilku.
“Oh, kamu sudah bangun, Ar... yuk kesini.” ajaknya, kulihat senyumnya mengembang dan wajahnya ceria sekali.
“Kamu berani sekali menggodaku pagi ini... awas ya.” jawabku lalu kubuka celana dalamku dan dengan telanjang bulat, akupun segera terjun ke air dan menghampirinya.
Sesampainya di dekat Siska, langsung kupeluk dan kucium bibirnya yang basah dan diapun membalas ciumanku dengan mesra, lama juga kami saling berpagutan.
“Kamu sudah nggak sedih lagi?” tanyaku.
“Sudah enggak... benar katamu, lebih baik kita pikirkan hubungan kita dan menikmati liburan ini.” jawab Siska sambil tersenyum dan memelukku mesra, payudaranya yang besar terasa menempel ketat di depan dadaku, membuat torpedoku kembali terbangun dengan begitu cepat.
“Auw... di kolam ini ada ikan lelenya ya, Ar?” tanya Siska menggoda.
“Masa sih, mana lelenya?” tanyaku ikut dalam permainannya.
”Itu tuh...” tangannya menunjuk ke dalam air, tepat ke arah selangkanganku.
“Eh iya, lele jumbonya lepas nih... sepertinya dia lagi nyari lobang untuk bertelor.” balasku bercanda.
“Tapi lelenya gede banget... mana ada lobang yang muat buat dia, hihi.” balas Siska genit.
“Gara-gara kamu sih, kamu harus tanggung jawab.“ kataku.
“Ah, nggak mau ah... itu kan salahmu sendiri, nggak bisa nahan diri.” ia berusaha melepaskan diri dari pelukanku dan berenang menjauh.
“Kok gitu sih?” aku berusaha mengejarnya.
Kamipun berkejar-kejaran di kolam renang tersebut sampai akhirnya Siska terpojok di sudut kolam, dia berusaha memercikiku dengan air kolam tapi aku terus mendesaknya tanpa ampun. Akhirnya iapun menyerah dan kami kembali berciuman dengan nafas terengah-engah, kurengkuh bulatan payudaranya dan mulai kucium dan kuhisap-hisap pentilnya. Siskapun menggelinjang nikmat.
“Auw, Ar... nakal kamu... tapi enak tau.” katanya sambil meremas rambutku dan tangannya yang satu mencari torpedoku, setelah didapatkan ia segera mengelus dan mengusap-usapnya dengan lembut.
Aku terus mempermainkan payudaranya dan membuat dia tidak tahan menahan rangsangan dariku. “Ar, ayo masukin donk... kamu mau nyiksa aku ya?” katanya manja.
“Ok deh,” segera kuarahkan torpedoku ke sasarannya, mata Siska terpejam menikmatinya.
Setelah masuk, perlahan kugenjot tubuhnya, sungguh enak sekali melakukan persetubuhan di dalam air seperti ini. Apalagi kalau melakukannya di ruang terbuka seperti ini, aku merasa tidak lelah menggenjotnya walaupun setengah jam telah berlalu dan Siska sudah 2 kali orgasme. Lalu kuminta Siska untuk naik ke pinggir kolam dan melakukan posisi menungging, wow sexy sekali dia. Akupun mulai menggenjotnya kembali, setelah 15 menit, torpedoku terasa mau meledak. Akupun segera menariknya keluar agar pejuku tidak masuk ke dalam memeknya. Siska membantu dengan mengocok dan menjilat torpedoku hingga tak lama muncratlah pejuku di wajahnya.
“Uuuh... dasar Ardi nakal.” kata Siska sambil lidahnya terus menjilati pejuku yang meleleh ke mulutnya.
Kamipun terkapar lelah berdua di pinggir kolam, tak lama kami menceburkan diri ke kolam renang kembali dan kamipun melakukannya sekali lagi. Benar-benar doyan sex juga wanita ini, pikirku. Cocok sekali denganku yang hobi juga melakukannya, hehe.
Siangnya kami segera check out, tapi sebelum kami kembali ke Jakarta, Siska mengajakku untuk berbelanja pakaian disana. Aku punya ide nakal, kembali kuminta Siska untuk mengenakan tanktop hitam tanpa menggunakan bra dan celana pendek 20 cm diatas lutut. Siska menjadi kelihatan sexy dan nakal sekali. Puting payudara kelihatan tercetak mencuat dengan indahnya. Duuh rasanya torpedoku pengen masuk lagi nih kalau melihatnya seperti ini.
Sepanjang perjalanan hingga ke dalam Factory outlet, semua mata baik wanita maupun pria terbelalak dan berbisik-bisik terhadapnya. Dengan bangganya kugandeng lengan Siska dan kuajak dia berputar-putar, sesekali kupeluk tubuh sintalnya dan kucium bahunya yang putih mulus.
Setelah puas berkeliling dan menggoda orang-orang di tempat itu, kamipun segera berangkat balik kembali ke rumah kami di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar