Selasa, 12 Juli 2016

Ancaman Bencana 5



Di galian sumur yang baru saja meledak di wilayah Gresik-Jawa Timur, tampak tiga orang berjalan mendekat. Satu orang mengenakan  pakaian rapi celana bahan dan kaos polo warna biru donker sambil menenteng laptop. Dua lagi mengenakan pakaian terusan khas pekerja tambang dengan warna orange dan helm orange.  Mereka berdua membawa sebuah mesin. Terlihat seperti cone kabel dengan katrolnya, namun terlihat modelnya futuristik. Mereka berlari kecil menuju ke lokasi mulut sumur, dengan cekatan mereka bertiga memasang peralatan masing-masing di dekat lubang.
Pemuda rapi tadi menghubungkan sebuah alat ke laptopnya setelah diletakkan di meja bekas tempat monitor GPS dan UET. Dia sendiri duduk di depan meja tersebut. Dua orang berpakaian orange tadi selesai meletakkan mesinnya dan mengikatkan kabel sling di pinggang masing-masing. Di waktu yang sama dua orang pasukan hitam-hitam membantu menurunkan tabung oksigen dan kacamata infra merah dari helicopter. Setelah mendekati rekan baju orangenya, mereka memasang alat-alat tersebut di tubuh rekannya.

“Siap?” tanya si pemuda rapi sambil menengok kepada dua orang berpakaian orange.
“Siap!” serempak dua-duanya menjawab sambil mengancungkan jempol tangan kirinya. 
“Oke, sesuai dengan scan UET, lubang sumur dinyatakan bersih dari manusia. Kalian bisa masuk sekarang. Sebelumnya coba test mic dan speaker.” 
“Peralatan mic dan speaker sempurna,” sahut dua orang berbaju orange. “Kami turun sekarang.” 
”Ssrrrrhh… rrhhh...” cone katrol berputar dan dua orang tadi seperti terbang melayang masuk ke dalam lubang. 30 menit kemudian mereka telah sampai di titik dimana terjadi ledakan. Jalan buntu di kedalaman 30 meter dari permukaan tanah.   
“Oke, lihat di dinding sebelah kanan 30 cm di atas kepala kalian. Bila kalian sudah melihat gradasi warna di dinding, tekan tombol kacamata ganti ke fungsi x-ray. Kira-kira 20 cm di balik dinding, itulah barang yang kita cari.” 
“Ya, saya sudah melihatnya!” teriak mereka hampir berbarengan.
“Oke, cepat bersihkan dinding penghalang dan ambil barang itu!” 
Sisa detonator tersebut tidak lebih besar dari sebuah bola tennis meja ping pong tapi tidak bulat sempurna, malah bisa dikatakan bersudut tidak beraturan. Tidak berwarna dan terkesan transparan. Beratnya sekitar 10 gram. 
“Oke, saya sudah mengantonginya. Tarik naik!” 
Setelah kedua orang itu naik ke permukaan, peralatan-peralatan mereka kemudian dibenahi dan dibawa masuk kembali ke helikopter. Mereka kemudian segera pergi dari tempat itu.

***

“Hallo, Bu Intan, apa kabar?” 
Hallo, Doddy. Saya baik, terima kasih. Kamu apa kabar?” 
“Baik juga, Bu, terima kasih.” 
“Silakan duduk.” Intan mempersilahkan tamunya duduk di depan meja kerjanya yang berada di sebuah kantor dalam gedung BMG Jakarta.  Hari ini dia berjanji untuk melakukan wawancara dengan Doddy dari TV9. 
“Sibuk yah, Bu, akhir-akhir ini?” Doddy mencoba mencairkan suasana dengan pertanyaan basa basi. 
“Yah, begitulah. Ada-ada saja bencana yang menimpa negara kita. Semua harus kita antisipasi dari awal. Mudah-mudahan dengan peralatan mutakhir yang kita miliki, kita bisa memberikan signal-signal awal dan agar para pihak yang berkepentingan bisa melakukan tindakan preventive yang diperlukan.”
“Bu, saya mulai yah wawancaranya. Ini tape recorder yang akan merekam semua pembicaraan kita.” 
“Silakan.” Intan juga tidak ingin mengulur waktu, dan sudah biasa bergerak cepat hasil dari pendidikan di Amerika.  
“Dalam satu tahun terakhir ini, sudah lebih dari 20 kali gempa bumi di wilayah Indonesia dengan scala diatas 5. Menurut Bu Intan, ini merupakan gejala apa?” Doddy memulai wawancaranya. 
“Iya, betul sekali, wilayah Indonesia akhir-akhir ini sering terjadi gempa bumi. Ada yang memakan korban jiwa, ada yang tidak. Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan ekosistem, iklim global, juga ikut mengubah geosistem, disamping perbuatan-perbuatan manusia yang secara langsung mengeksploitasi kandungan mineral di dalam bumi.” 
“Bukankah hal ini sudah berlangsung ratusan tahun, dan tidak mengakibatkan apa-apa?” pancing Doddy. 
“Tidak juga. Setiap tindakan baik langsung maupun tidak langsung, pasti akan mengakibatkan perubahan geosistem. Ribuan tahun bahkan jutaan tahun yang lalu, semuanya berlangsung secara pelan, tanpa disadari oleh mahluk hidup yang hidup di atas kulit bumi. Namun seratus tahun terakhir ini, manusia semakin rakus dan ekspoitasi alam semakin gila-gilaan. Akibatnya, perubahan geosistem mendapat percepatan dan tandanya yaitu, berupa bencana-bencana alam yang terjadi belakangan ini.” bantah Intan sambil membenarkan kacamata minusnya. 
“Bagaimana menurut ibu, tentang perusahaan-perusahaan tambang yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi di Indonesia?”  Doddy mulai menjurus dan sekali-sekali memperhatikan alat rekamnya. 
“Apanya?  Maksud kamu apa? Saya kurang jelas. Saya tidak tahu. Mereka melakukan pekerjaaan sesuai dengan kontrak kerja yang diperoleh dari pemerintah toh?”    
“Begini, Bu, biar saya perjelas pertanyaan saya. Maksud saya, apakah perusahaan perusahaan tersebut ikut andil dalam kerusakan geosistem yang mengakibatkan bencana di negara kita akhir-akhir ini?” 
“Hmm… tentu saja tidak dapat dikaitkan langsung. Semua perusahaan tambang jelas tujuannya mengambil sesuatu mineral dari dalam bumi. Apakah itu gas alam, minyak, batubara, emas, tembaga, timah, atau mineral lainnya. Semua itu merupakan bentuk sumber alam yang tidak dapat diperbaharui atau diciptakan manusia. It’s given. Struktur bumi yang terjadi akibat proses yang terjadi jutaan tahun. Indonesia kebetulan merupakan salah satu negara yang memiliki sumber alam yang sangat besar, dan ini menjadi daya tarik para investor. Selama bisa dikelola dengan tertib dan untuk kemakmuran rakyat, saya rasa ini bisa menjadi karunia.” 
“Apakah sekarang sudah dikelola dengan benar?” kejar Doddy. 
“Maaf, saya tidak dalam kapasitas menjawab pertanyaan ini. Saya hanya seorang geologist.” sahut Intan. 
“Maaf, abaikan pertanyaan tadi. Sebagai seorang geologist, apakah ada cara atau metode yang cespleng untuk mengatasi bencana alam, misalnya gempa bumi?” 
“Gempa bumi terjadi bisa karena gerakan tektonik lapisan kulit bumi, atau akibat gunung meletus yang biasa disebut vulkanik. Gempa vulkanik relatif lebih mudah ditangani. Ada teknologi yang bisa melepaskan lava, sehingga mengurangi tekanan dalam gunung berapi, sehingga tidak menimbulkan ledakan dasyat. Ini seperti bisul yang setelah dipencet keluar nanahnya, maka perlahan-lahan radang di sekitar bisul menjadi menurun. Sebaliknya gempa tektonik yang terjadi karena geseran atau benturan lapisan kulit bumi, setahu saya belum ada teknologi untuk mencegahnya. Bahkan untuk memperkirakan lokasi dan waktunya saja, kita masih kesulitan.” 
Doddy sambil membalik catatan kecilnya, meneruskan bertanya. “Saya dengar gossip katanya ada satu teknologi nuklir dan program komputer yang bisa menghitung sehingga bisa dilakukan pemaksaan ledakan di satu tempat untuk memberikan efek di tempat lain, sehingga ini bisa dipakai untuk mengeliminasi kemungkinan terjadinya gempa-gempa raksasa yang mempunyai kekuatan diatas 8 scala Ricter.  Apa Bu Intan pernah mendengarnya?” 
“Saya pernah membaca gossip itu di milis dan blog para geologist, tapi pembuktiannya belum pernah ada. Saya juga tidak pernah melihat alat itu.”
“Iya, Bu, saya dapat info dari milis geologist juga.” 
“Kalau kamu mau, coba saja ikut gabung dengan milis tersebut dan malam minggu ini kita ada pertemuan lho. Mungkin kamu bisa dapat referensi lebih banyak.” 
“Terima kasih undangannya, Bu, nanti saya coba gabung di milis tersebut dan ikut pertemuan malam minggu nanti. Kayaknya bakalan asyik neh. Terima kasih juga atas sesi wawancara ini. Selamat sore.” sambut Doddy sambil mengambil alat rekamnya dari meja dan menekan tombol off. 
“Kamu mau buru-buru pulang?” kata Intan sambil tersenyum, menambah manis wajahnya.
”Emang masih ada ada lagi yang lain, Bu?” tanya Doddy heran.
”Tahu nggak, kamu itu sebenarnya ganteng lho.” kata Intan sambil beranjak dari kursinya dan mendekati Doddy. Tanpa banyak bicara ia duduk di pangkuan pemuda itu dan langsung menyumpal mulut Doddy dengan sebuah ciuman.
”B-bu!” Doddy ingin memprotes, namun kata-katanya terpotong oleh bibir tipis Intan yang sudah keburu melumat bibir merahnya.
Tanpa menunggu lama, lidah mereka sudah saling menyapa dan berlilitan. Tangan Doddy mengelus punggung montok Intan, kemudian menyusup ke balik bajunya yang longgar. Gosokan tangannya di punggung gadis itu terasa hangat dan lembut, yang dibalas oleh Intan dengan usapan tangan di selangkangan Doddy. Intan sudah merasakan ketegangan di balik celana pantalon itu.
Tangan Doddy bergerak ke depan, mengelus buah dada Intan yang masih terbungkus bra, belum ada remasan yang dilakukannya di buah dada itu. Dengan gemetar Intan mulai meremas-remas selangkangan Doddy, semakin tegang dan keras ia rasakan. Napas laki-laki itu juga mulai turun naik merasakan gejolak birahinya.
“Pakaiannya dilepas ya, nanti kusut.” usul Intan.
Sebelum ia bertindak lebih jauh, Doddy sudah mempreteli baju kerjanya dan melepasnya. Tampaklah buah dada Intan yang bulat dan besar, yang masih tertutup bra putih tipis. Benda itu tampak menantang dengan kulit mulusnya. Intan bangga ketika melihat Doddy memandangi dadanya dengan sorot mata kagum. Ia bantu laki-laki itu untuk melepas baju kaosnya. Doddy masih tampak bidang dan atletis, membuat Intan jadi semakin bergairah melihatnya.
Ia ciumi dada dan mempermainkan puting pemuda itu dengan lidahnya, Doddy mulai mendesis nikmat sambil balas meremas-remas gundukan bukit buah dadanya. Intan jadi lebih bergairah, bibir dan lidahnya kini turun menyusuri perut Doddy sambil tangannya membuka celana laki-laki itu. Ia tarik turun celana pantalon bermerk mahal itu dan ditariknya keluar kejantanan Doddy dari balik celana dalamnya. Lumayan, besarnya rata-rata orang Indonesia pada umumnya. Mungkin panjangnya 15 cm, tapi kerasnya minta ampun, seperti besi. Intan segera memegang dan meremas-remasnya sambil mengamati wajah ganteng Doddy yang sedang mendesis-desis nikmat, terlihat semakin menggemaskan.
Kini Intan sudah berdiri di depan laki-laki itu untuk melepas celana dalamnya sendiri. Ia ingin mereka sama-sama telanjang. Doddy menarik tubuh sintal wanita itu ke dalam dekapannya, dan kembali dilumatnya bibir Intan sambil meremas-remas gemas kedua bukit buah dadanya. Intan membalas dengan mengocok kejantanan Doddy yang keras membatu. Bibir laki-laki itu sudah menyusuri lehernya, membuatnya mendesis, apalagi saat Doddy membenamkan wajah di antara gundukan bukit buah dadanya.
Tanpa melepas bra, puting Intan ia keluarkan dari penutupnya dan langsung dikulumnya dengan penuh gairah. Tubuh Intan kontan menggeliat menerima hisapan nikmat itu, tanpa disadari tangan kirinya telah mempermainkan klitorisnya sendiri sambil tetap mengocok kejantanan Doddy dengan tangan kanan. Intan merasakan vaginanya sudah mulai basah menerima cumbuan laki-laki itu, ia benar benar sudah terbakar nafsu birahi.
Tiba tiba Doddy menghentikan cumbuannya, Intan melenguh kecewa, tapi laki-laki itu segera menuntunnya menuju ke sofa. Setelah ditelanjangi, tubuh montok Intan direbahkannya ke atas kursi. Intan yang sudah siap menerima cumbuan laki-laki itu, merasakan desah napas Doddy menerpa wajahnya sebelum bibir laki-laki itu kembali mendarat di puncak bukit buah dadanya. Cukup lama Doddy menikmati puting Intan secara bergantian tanpa melepaskan remasannya.
Tubuhnya kemudian menindih tubuh perempuan cantik itu, mereka berciuman dengan penuh gairah. Tak mau menunggu terlalu lama, Intan menyapukan kejantanan Doddy di bibir vaginanya. Lalu dengan perlahan mendorongnya masuk. Begitu keras ia rasakan saat benda itu menggesek dinding-dinding vaginanya yang sudah basah. Intan mulai mendesis nikmat, merasakan betapa nikmat saat Doddy melesakkan batang kejantanannya hingga akhirnya bisa tertanam semua.
Doddy mendiamkannya sesaat sambil mengamati ekspresi wajah Intan. Wanita itu membalas pandangannya, terlihat sama-sama terbakar api birahi. Dengan senyum yang menawan Doddy mulai menarik perlahan pinggulnya dan kemudian didorongnya lagi. Sungguh pelan dia melakukannya, seperti ingin menikmati jepitan dan gesekan dinding-dinding vagina Intan yang begitu kesat dan ketat. Diperlakukan dengan penuh perasaan seperti itu membuat Intan semakin terhanyut dalam irama permainan. Pelan, nikmat dan penuh perasaan, sungguh baru kali ini ia merasakannya.
Diperlakukan sebagaimana layaknya istri sah, justru makin membuat gairah Intan melambung tinggi dengan lebih cepat. Kocokan Doddy yang pelan dan lembut terasa semakin nikmat seiring dengan ciuman mesra laki-laki itu di leher dan bibirnya. Intan menggeliat dalam kenikmatan yang indah, ia balas melumat bibir yang ada di mulutnya, juga diremasnya rambut laki-laki itu. Doddy memeluk tubuhnya, menyatukan tubuh mereka dalam irama nafsu birahi.
Cukup lama keduanya saling mencium dan melumat. Berulang kali mereka saling memandang dan berulang kali pula Intan mencium pipi Doddy dengan gemas. Pandangan laki-laki itu sungguh membuatnya semakin terhanyut dalam nikmat permainan. Tak terasa hanya beberapa menit dia mengocok, namun sudah sanggup mengantar Intan mencapai orgasmenya.
Sekuat tenaga Intan berusaha menahan desahannya, malu untuk mengungkapkan dengan ekspresi nyata. Ia gigit bibirnya, diremasnya lengan Doddy seiring dengan denyutan nikmat di liang vaginanya. Tubuh Intan mengejang lalu perlahan melemas tanpa bisa berbuat lebih banyak. Doddy yang tahu ia sudah orgasme lalu mendekapnya dan mencium keningnya.
Oh, betapa mesranya. Tak pernah Intan diperlakukan begini oleh laki-laki yang menikmati tubuhnya. Maka segera ia balas dekapan laki-laki itu dengan pelukan erat sebelum bibir mereka kembali berciuman. Setelah napas Intan berangsur normal, baru Doddy melepaskannya. Dia sekarang meminta ganti posisi.
Tanpa melepaskan penisnya, mereka bergulingan di sofa. Kini Intan di atas dengan masih tetap berpelukan dan berciuman mesra. Ia duduk di atas tubuh Doddy dan perlahan mulai menggoyang pinggulnya. Doddy memandanginya dengan mesra sambil mengelus-elus dan meremas ringan tonjolan buah dadanya. Disibakkannya rambut Intan yang tergerai di muka saat wanita itu bergoyang dan menggeliat nikmat. Tubuhnya yang sintal bergerak turun naik sambil sedikit memutar pinggul, berusaha mengocok penis Doddy dengan sesedap mungkin.
”Ahh... ahh... auhh...” laki-laki itu mulai mendesis, desahan demi desahan bersahutan diantara bibir mereka berdua.
Intan menekan pantat kuat-kuat ke tubuh Doddy untuk menanamkan lebih dalam penis laki-laki itu ke lorong vaginanya, lalu memutar pinggulnya. Juga ia permainkan puting laki-laki itu dengan jari tangannya, Doddy mendesah keras menikmati, remasan di buah dada Intan menjadi semakin kencang. Intan jadi semakin bergairah, bahkan terlalu bergairah hingga dengan segera kembali mencapai puncak untuk yang kedua kalinya dalam sepuluh menit itu.
”Auw!” jeritan kenikmatan keluar dari mulutnya tanpa ia sadari. Otot-otot vaginanya berdenyut keras, meremas dan menjepit penis Doddy dengan begitu kuat.
Laki-laki itu menatapnya seolah menikmati ekspresi wajah Intan yang sedang dilanda orgasme sambil tangannya tetap meremas-remas buah dada perempuan cantik itu.
Tubuh Intan langsung lemas dan roboh di atas tubuh Doddy, laki-laki itu memeluk dan mengelusi punggungnya. Napas Intan masih turun-naik tak beraturan saat Doddy kembali memulai gerakannya, mengocok pelan dari bawah. Rasa geli dan nikmat kembali menyelimuti tubuh sintal Intan, makin lama makin cepat hingga ia mendesah-desah di dekat telinga Doddy. Laki-laki itu mendekapnya erat, tubuh mereka menyatu saling merasakan getaran birahi yang semakin tinggi. Betapa nikmatnya kocokan Doddy di vagina Intan, lain dari yang lain, membuat wanita itu jadi kembali melambung tak lama kemudian.
Sebelum terhanyut lebih lama lagi, Doddy meminta ganti posisi. Sekarang dari belakang, doggie style. Dengan senang hati Intan menuruti permintaan itu. Kembali Doddy dengan penuh perasaan memasukkan batang penisnya ke vagina Intan secara perlahan sambil menggosok-gosok punggungnya, begitu pelan hingga Intan bisa merasakan tiap gesekan di dinding lubang vaginanya. Ia benar-benar menikmati setiap mili masuknya penis Doddy, sampai akhirnya benda itu masuk melesak sempurna di dalam dirinya.
Dengan mesranya Doddy mulai mengocok perlahan dari belakang, yang dirasakan Intan hanyalah nikmat dan nikmat. Ia berusaha mengimbangi gerakan itu dengan goyangan pinggulnya. Didengarnya desisan nikmat keluar dari mulut Doddy, membuatnya jadi semakin bergairah dalam menggoyang. Kocokan laki-laki itu juga menjadi semakin cepat, seirama dengan goyangan pinggulnya. Mereka saling mengocok dengan penuh gairah.
Elusan Doddy di punggung Intan sudah bergeser ke depan, kini ganti mengelus dan meremas-remas buah dada Intan yang menggantung dan bergoyang dengan begitu bebasnya. Tiba-tiba Doddy menyodoknya dengan dua kali sodokan keras, terasa penisnya menghantam dinding rahim Intan dengan sangat kuat.
“Aauuw!!” teriaknya kaget. Meski merasakan nikmat, Intan pura-pura marah. Ia menoleh ke belakang dengan sorot mata melotot, tapi Doddy hanya menatapnya sambil tersenyum dan kembali menyodoknya dengan begitu keras.
“Ooughh… eegh… eeegh…” desah Intan setiap kali sodokan laki-laki itu menghantam dinding vaginanya, kombinasi remasan Doddy membuatnya semakin melambung. Sampai tak lama kemudian, ia berhasil menggapai kembali orgasme untuk yang ketiga kalinya.
Padahal Doddy belum orgasme sekalipun, kuat benar laki-laki itu. Sebenarnya Intan agak malu dengan hal ini, tapi sungguh tak bisa ia cegah nikmatnya kocokan Doddy. Untuk kesekian kalinya ia menjerit nikmat hingga tubuhnya terkulai tengkurap di atas ranjang.
“Kita istirahat dulu, nanti kita lanjutin lagi yang lebih asyik.” kata Doddy sambil mencabut batang penisnya, lalu membelai Intan mesra, melihat ekspresi kelelahan di wajah cantik perempuan muda baya itu. Intan hanya bisa tersenyum membalasnya.
Kamubenar-benar luar biasa, pasti habis minum obat kuat ya? KO aku,  enak sekali!” canda Intan sambil berusaha mengatur napas.
Mereka berdua tiduran telanjang bersisian, saling berpelukan. Sambil ngobrol dan bercanda, selalu Intan memegangi kejantanan Doddy yang masih keras menegang. Setelah beberapa lama, ia mulai memberikan rangsangan kepada laki-laki itu. Mulanya mereka berciuman, lalu Intan menjilati puting dada Doddy. Laki-laki itu mendesis, apalagi saat jilatan Intan perlahan turun ke penisnya. Intan menjilat dan mengulumnya dengan penuh gairah, namun itupun tak lama. 
Setelah dilihatnya Doddy sudah sangat terangsang, ia pun mengatur posisi untuk duduk di pangkuan laki-laki tua itu. Perlahan Intan menurunkan tubuhnya untuk melesakkan penis Doddy ke lorong liang vaginanya. Ia terdiam sesaat untuk menikmati kenyamanan penis laki-laki itu di dalam tubuhnya. Doddy menyambut dengan kuluman dan remasan di buah dada Intan yang besar, yang kontan membuatnya menggeliat dan mulai menggoyangkan pinggul. Penis Doddy yang keras bagai batu terasa mengaduk-aduk di dalam vaginanya. Intan memeluk laki-laki itu dengan begitu erat, mendesah di dekat telinganya.
Doddy ikutan mengocok dari bawah, membuat Intan jadi semakin bergairah. Ia mendekap semakin erat, dibiarkannya wajah Doddy terbenam diantara kedua bukit buah dadanya, entah laki-laki itu bisa bernapas atau tidak. Mereka saling menggoyang dan mengocok dengan penuh gairah, desahan demi desahan keduanya saling bersahutan, juga saling melumat dan menghisap bibir. Sungguh permainan seks paling indah yang pernah dialami oleh Intan. Beruntunglah ia hari ini mendapatkan tamu seperti Doddy.
Mereka berganti posisi, Intan kini duduk dan Doddy berlutut di depannya, saling berhadapan. Dengan posisi seperti ini, Intan bisa menaikkan kaki ke pundak laki-laki itu hingga penisnya bisa lebih dalam masuk ke liang vaginanya. Ia makin suka dengan irama kocokan Doddy yang bervariasi antara pelan mesra dan cepat nakal. Mata mereka saling bertaut ketika laki-laki itu menyodoknya keras, seolah saling menukar kenikmatan yang dirasakan. Bagi Intan kenikmatan ini sungguh berlebihan hingga tak lama kemudian untuk kesekian kalinya ia kembali mendapatkan orgasmenya. Kembali wanita itu menjerit nikmat sambil meremas lengan Doddy.
Kali ini Doddy tidak menghentikan gerakannya, tapi justru mempercepat irama kocokannya. Intan semakin menjerit nikmat, cengkeramannya di lengan Doddy menjadi semakin kuat. Tiba-tiba tanpa mempedulikan Intan yang sedang dilanda kenikmatan, Doddy menarik keluar penisnya dan langsung berdiri di depan wanita itu. Ia mengocok sendiri penisnya dengan tangannya, Intan yang tahu apa maksudnya segera membuka mulut. Sudah menjadi kebiasaan Doddy untuk ejakulasi di dalam mulut.
Dalam beberapa detik menyemprotlah sperma dari penis laki-laki itu, mengenai dada, muka dan rambut Intan. Begitu banyak semprotan itu hingga Intan merasakan wajahnya jadi basah kuyup. Sebelum ia sempat membersihkannya, Doddy sudah mengusap-usapkan penisnya yang basah ke wajah cantiknya. Tanpa ada rasa jijik sedikitpun, sambil tersenyum Intan memegang penis itu dan diusapkan ke dadanya. Lalu mulai menjilat dan mengulumnya hingga bersih. Sperma Doddy terasa gurih. Intan menyukainya. Maka segera ia telan semuanya. Bisa ia lihat senyum puas di wajah laki-laki itu, Intan ikut senang melihatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar