Tampilkan postingan dengan label Grahasta Asrama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Grahasta Asrama. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 22 Agustus 2015

Grahasta Asrama - Catur Asrama

Grahasta Asrama - Catur Asrama

Grahasta merupakan tahapan kedua dari catur asrama artinya hidup berumah tangga, bersuami istri. 
Pada masa kehidupan Grhasta tujuan hidup diprioritaskan untuk mendapatkan Artha dan memenuhi Kama, oleh karena itu, suatu rumah tangga belum dapat dilaksanakan kalau belum siap dengan sumber Artha berupa pekerjaan yang tetap yang memberi hasil yang memadai untuk menjalankan rumah tangga. Demikian pula dengan Kama yang menyangkut dorongan hidup seperti nafsu haus, lapar dan seks. Dorongan hidup itu harus dipenuhi dengan berlandaskan Dharma. 

Kama adalah salah satu media untuk mendapatkan kebahagiaan dan jangan samapai Kama itu memperalat manusia (sang diri). Sang diri harus mampu membatasi Kama. Manusia tanpa Kama tidak dapat menikmati kebahagiaan sejati dari hidup didunia ini. Akan tetapi Kama tanpa batas dan kendali, maka keindahan dunia ini akan berbalik menjadi sumber kehancuran. 
Demikianlah "hidup dalam Grhasta Asrama, harus berlandaskan Dharma".
Grhasta tanpa berlandaskan Dharma akan mengakibatkan Artha dan Kama yang merupakan prioritas utama dalam Grhasta menjadi sumber kehancuran Grhasta itu sendiri. 

Didalam Agstya Parwa dijelaskan tentang Grhasta Asrama sebagai berikut: 
".....grhasta ta sira mastri pwa sira, mana-madrewya hulun, ityewawadi, mangunaken kayekadharma yathasakti....
Artinya:
Grhasta-lah beliau, beristilah beliau, mempunyai anak, memiliki abdi, memupuk kebajikan yang berhubungan dengan pembinaan diri pribadi (kayikadharma) dengan kekuatan yang ada padanya (yathasakti).

Grahasta Asrama diawali dengan perkawinan. Perkawinan yang baik adalah perkawinan yang sesuai dengan ajaran hindu, sehingga perlu diketahui tentang Perkawinan menurut pandangan hindu itu sendiri.

setelah seseorang dinyatakan melewati Brahmacari, maka akan dilanjutkan dan meningkatkan jenjang kehidupannya ke Grhasta. Setelah masuk kegerbang Grhasta barulah Artha dan Kama menjadi penting. Walaupun demikian untuk mendapatkan Artha dan Kama mereka selalu harus berpegang kepada ajaran Dharma. Dalam masa Grhasta mereka masuk dalam kancah rumah tangga, sudah berkeluarga, sudah beristri dan mungkin juga sudah punya keturuanan. Karena itu sebagai anggota masyarakat, mereka tentu mempunyai bermacam ragam kewajiban, baik kewajiban keagamaan maupun kewajiban kekeluargaan. Dilihat dari segi ini jenjang kehidupan Grhasta merupakan tahapan yang sangat berat tetapi merupakan tugas yang sangat mulia.

Seorang kepala rumah tangga atau Grhasta yang baik tentunya memiliki perencanaan dalam memimpin rumahtangganya. Itu wajib ia lakukan dengan penuh keyakinan dan kesungguhan. Kewajiban Grhasta merupakan ikatan suci (dharma). Kalau ia dapat berhasil melaksnakan kewajibannya iti, ia dapat berhasil mendapatkan rasa bebas dari ikatan. Misalnya kewajiban untuk menyekolahkan putra-putrinya. Ini adalah suatu ikatan namun suci nilainya. Kalau ia taat dan berhasil menyekolahkan putra-putrinya itu, seorang Grhastapun akan mendapatkan suatu rasa bebas dari ikatan. Demikianlah moksa atau kebebasan dari ikatan merupakan kenyataan hidup yang harus diperjuangkan secara bertahap, pasti dan penuh keyakinan. Kalau ikatan demi ikatan dalam hidup ini dapat dilepaskan satu demi satu secara bertahap, maka kebebasan yang paling ideal berupa moksa akan dapat dicapai. Yang perlu diingat disini adalah kebebasanhanya akan dapat dicapai melalui keterikatan.

Setelah hidup berumah tangga sebagai warga Grhasta, mereka lalu memasuki tahapan hidup yang ketiga yaitu Wanaprasta. Dalam hal ini mereka mengasingkan diri dari keramaian hidup bermasyarakan untuk bisa menjauhkan diridari keterikatan kehidupan duniawi. Mereka hidup menyendiri karena itu manfaan dari Artha dan Kama lalu menjadi semakin berkurang. Mereka bahkan sudah berani melepaskan diri dari ikan Artha dan Kama. Dalam masa Wanaprastha ini kegiatan yang banyak dilakukan adalah memusatkan pikirannya hanya kepada Tuhan. Mereka juga sudah melaksanakan tapa, bratha, yoga, dan semadhi.

Kamis, 13 Agustus 2015

Kewajiban Istri - Grahasta Asrama

Kewajiban Istri - Grahasta Asrama

Dalam Grahasta Asrama, selain tugas dan kewajiban suami, kewajiban istri juga tidak kalah pentingnya. dalam sastra hindu disebutkan beberapa tugas penting perempuan selaku seorang istri, diantaranya:

Tugas dan kewajiban Istri


Samraajni svasure bhava, samraajni svasrvam bhava, nanandari samraajni bhava, samraajni adhi devrsu (Rgveda X.85.46)
“Wahai mempelai wanita, jadilah nyonya rumah tangga yang sesungguhnya, dampingilah (dengan baik) ayah ibu mertuamu, dampingilah (dengan baik) saudara saudari iparmu”.

Yantri raad yantri asi yamani, dhruvaa asi dharitrii (Yajurveda XIV.22)
“Wahai wanita jadilah pengawas keluarga yang cemerlang, tegakkanlah aturan keluarga, dan jadilah penopang keluarga”.

Viirasuup devakaamaa syonaa, sam no bhava dvipade, sam catuspade (Regveda X.85.43)
“Wahai wanita, lahirkanlah keturunan yang cerdas, gagah, dan berani, pujalah selalu Hyang Widhi, jadilah insan yang ramah dan menyenangkan kepada semua orang, dan peliharalah dengan baik hewan peliharaan keluarga”.
Sebagai seorang istri tahan ujilah kamu, rawatlah dirimu, lakukan tapa brata, laksanakan Yajna di dalam rumah, bergembiralah kamu, bekerjalah keras kamu, engkau akan memperoleh kejayaan” (Yajurveda XVII.85).

“Seorang istri sesungguhnya adalah seorang cendekiawan dan mampu membimbing keluarganya”(Rgveda VIII.33.19).

Seorang wanita, istri atau ibu juga hendaknya berpenampilan lemah lembut dan menjaga dengan baik setiap bagian tubuhnya. “Wahai wanita, bila berjalan lihatlah ke bawah, jangan menengadah dan bila duduk tutuplah kakimu rapat-rapat”(Rgveda VIII.33.19).

“Wahai istri, tunjukkan keramahanmu, keberuntungan dan kesejahtraan, usahakanlah melahirkan anak. setia dan patuhlah kepada suamimu (Patibrata), siap sedialah menerima anugrah-Nya yang mulia” (Atharvaveda XIV.1.42).

“Wahai para istri, senantiasalah memuja Sarasvati dan hormatlah kamu kepada yang lebih tua” (Atharvaveda XIV.2.20).

Sungguhlah dosa besar jika seorang istri berani terhadap suaminya, berkata kasar terhadap suaminya. “Hendaknya istri berbicara lembut terhadap suaminya dengan keluhuran budi pekerti” (Atharvaveda , III.30.2).
Seorang istri hendaknya selalu setia kepada suami, rajin dan taat dalam menjalankan puja bhakti kepada Hyang Widhi, melahirkan dan memelihara anak-anak agar cerdas gagah dan berani, selalu menopang keluarga dan menjalankan aturan dengan baik, berbicara dengan lemah lembut kepada semua orang, menghormati keluarga mertua, menjaga dan mengatur harta keluarga, tanaman, dan hewan peliharaan milik keluarga dengan baik. Bila demikian, niscaya keluarganya akan bahagia dan sejahtera selalu.

Kewajiban Suami - Grahasta Asrama

Kewajiban Suami - Grahasta Asrama

salah satu bagian dari Catur Asramaadalah masa Grahasta, yang sering disebut dengan masa berkeluarga. langkah awal dalam membangun keluarga adalah kawin (baca: "Pernikahan menurut Pandangan Hindu"). Selain sebagai ikatan/jalinan pengabdian yang tulus ikhlas antara seorang ayah kepada ibu dan anak, dalam keluarga juga terdapat kewajiban atau swadarma untuk melakukan panca yadna (Weda Smrti III 67.71), itu lima pengabdian yang ikhlas, suci, nirmala antara lain:
  1. Kepada Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya (dewa yadnya)
  2. Kepada orang suci (Rsi Yadnya)
  3. Kepada orang tua, leluhur/guru rupaka (Pitra Yadna).
  4. Kepada sesama manusia (Manusa Yadnya).
  5. Kepada Alam semesta (Bhuta yadnya).
Selain kewajiban panca yadnya tersebut diatas, setiap unsur dalam keluarga Hindu memiliki kewajiban masing-masing antara lain:


Kewajiban Suami.

Mameyam astu posyaa, mahyam tvaadaad brhaspatih, mayaa patyaa prajaavati, sam jiiva saradah satam (Atharvaveda XIV.1.52)
“Engkau istriku, yang dianugrahkan Hyang Widhi kepadaku, aku akan mendukung dan melindungimu. Semoga engkau hidup berbahagia bersamaku dan anak keturunan kita sepanjang masa”.
Suami hendaknya berusaha tanpa henti untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi keluarganya, menafkahi istri secara lahir dan batin, merencanakan jumlah keluarga, menjadi pelindung keluarga dan figur yang dihormati dan ditauladani oleh istri dan anak-anaknya.

“Wahai mempelai laki-laki, lakukanlah yadnya(pengorbanan suci) yang akan mengantarkan keluargamu mencapai kebahagiaan dan perkawinan yang penuh rahmat. Senantiasa berbaktilah kepada Hyang Widhi, berikannlah kegembiraan kepada semua makhluk.” (Yajur Weda VIII,4)
Dalam Kitab Sarasamuccaya 242 disebutkan kewajiban suami antara lain:
  1. Sarirakrt artinya, mengupayakan kesehatan jasmani anak-anaknya.
  2. Prana data, membangun jiwa anak-anaknya.
  3. Anna data, artinya: memberikan makan.
Dalam Grhya Sutha, seorang suami mempunyai 2 (dua) kewajiban antara lain:
  1. Memberikan perlindungan pada istri dan anak (patti).
  2. Bhastri, artinya seorang suami berkewajiban menjamin kesejahteraan istri dan anak-anaknya.
Dalam Nitisastra VIII sloka 3 ada 5 (lima) kewajiban seorang suami yang disebut panca vida, antara lain:
  1. Matuluning urip rikalaning baya artinya: menyelamatkan keluarga pada saat bahaya.
  2. Nitya maweh bhinoajana artinya: selalu mengusahakan makanan yang sehat.
  3. Mangupadyaya artinya: memberikan ilmu pengetahuan kepada anak-anaknya.
  4. Sira sang angaskara kita artinya: yang menyucikan diri kita
  5. Sang ametwaken artinya: suami sebagai penyebab kelahiran bagi anak-anaknya.
Didalam Weda Smrti IX.3 disebutkan:
Pitaraksati kaumare, bharta raksati yauwane, raksanti sthavire putra na, srti swatantryam arhati
Selagi masih kecil seorang ayahlah yang melindungi, dan setelah dewasa suaminyalah yang melindunginya dan setelah ia tua putranyalah yang melindungi, wanita tidak pernah layak bebas (harus selalu dilindungi).

Kewajiban suami dalam Weda Smrti IX: 2,3,9,11 dapat diuraikan sebagai berikut:
  1. Wajib melindungi istri dan anak-anaknya serta memperlakukan istri dengan wajar dan hormat. Wajib memelihara kesucian hubungannya dengan saling mempercayai sehingga terjamin kerukunan dan keharmonisan rumah tangga.
  2. Suami hendaknya menyerahkan harta kekayaan dan menugaskan istrinya untuk mengurus artha rumah tangga, urusan dapur, yadnya serta ekonomi keluarga.
  3. Bila harus dinas keluar daerah suami suami berusaha menjamin istrinya untuk memberikan nafkah.
  4. Suami wajib menggauli istrinya dan mengusahakan agar antara mereka sama-sama menjamin kesucian keturunannya serta menjauhkan diri dari hal-hal yang mengakibatkan perceraian.
  5. Suami hendaknya selalu merasa puas dan bahagia bersama istrinya karena akan terpelihara kelangsungannya.
  6. Suami wajib menjalankan dharma grhastin, dharma keluarga (kula dharma), dhama dalam bermasyarakat (vansa dharma).
  7. Suami berkewajiban melaksanakan sraddha, pitrapuja (pemujaan kepada luluhur) memelihara cucunya serta melaksanakan panca yadnya.

Kewajiban Suami menurut Manawa Dharmasastra 

Aninditaih Stri Wiwahair
Anindya Bhawati Praja
Ninditairnindita Nrrnam
Tasmannindyan Wiwarjayet (Manawa Dharmasastra III.42)
Dari perkawinan terpuji akan lahirlah putra-putri yang terpuji; dan dari perkawinan tercela lahir keturunan tercela; karena itu hendaklah dihindari bentuk-bentuk perkawinan tercela.

Rtu Kalabhigamisyat
Swadaraniratah Sada
Parwawarjam Wrajeccainam
Tad Wrato Rati Kamyaya (Manawa Dharmasastra III.45)
Hendaknya suami menggauli istrinya dalam waktu-waktu tertentu dan selalu merasa puas dengan istrinya seorang, ia juga boleh dengan maksud menyenangkan hati istrinya mendekatinya untuk mengadakan hubungan kelamin pada hari apa saja kecuali hari Parwani.


Pitrbhir Bhratrbhis
Caitah Patibhir Dewaraistatha
Pujya Bhusayita Wyasca
Bahu Kalyanmipsubhih  (Manawa Dharmasastra III.55)
Wanita harus dihormati dan disayangi oleh ayah-ibu dan mertuanya, kakak-kaknya, adik-adiknya, suami dan ipar-iparnya yang menghendaki kesejahteraan sendiri.

Yatra Naryastu Pujyante
Ramante Tatra Dewatah
Yatraitastu Na Pujyante
Sarwastatraphalah Kriyah (Manawa Dharmasastra III.56)
Di mana wanita dihormati disanalah para Dewa-Dewa merasa senang, tetapi dimana mereka tidak dihormati tidak ada upacara suci apapun yang akan berpahala.


Socanti Jamayo Yatra
Winasyatyacu Tatkulam
Na Socanti Tu Yatraita
Wardhate Taddhi Sarwada (Manawa Dharmasastra III.57)
Di mana warga wanitanya hidup dalam kesedihan, keluarga itu cepat akan hancur, tetapi dimana wanita itu tidak menderita, keluarga itu akan selalu bahagia.


Jamayo Yani Gehani
Capantya Patri Pujitah
Tani Krtyahatanewa
Winasyanti Samantatah (Manawa Dharmasastra III.58)
Rumah di mana wanitanya tidak dihormati sewajarnya mengucapkan kata-kata kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya seolah-olah dihancurkan oleh kekuatan gaib.

Tasmadetah Sada Pujya
Bhusanaccha Dana Sanaih
Bhuti Kamairnarair Nityam
Satkaresutsa Wesu Ca (Manawa Dharmasastra III.59)
Oleh karena itu orang yang ingin sejahtera harus selalu menghormati wanita pada hari-hari raya dengan memberi hadiah perhiasan, pakaian dan makanan.

Samtusto Bharyaya Bharta
Bhartra Tathaiwa Ca
Yasminnewa Kule Nityam
Kalyanam Tatra Wai Dhruwam (Manawa Dharmasastra III.60)
Pada keluarga dimana suami berbahagia dengan istrinya dan demikian pula sang istri terhadap suaminya, kebahagiaan pasti akan kekal.
Sang alaki rabi sane saling asih kawiyaktian nyane sampun ngemanggihin kerahayuan
Yadi Hi Stri Na Roceta
Pumamsam Na Pramodayet
Apramodat Punah Pumsah
Prajanam Na Prawartate (Manawa Dharmasastra III.61)
Kalau istri tidak mempunyai wajah berseri, ia tidak akan menarik suaminya, tetapi jika sang istri tidak tertarik pada suaminya tidak akan ada anak yang lahir.
Yening stri tan setata nyemita, tan kengin sang meraga lanang sih asih ring stri, taler yening stri sekadi inucap, punika sane ngawinang sang alaki rabi tan presida ngawentenang sentana

Striya Tu Rocamanayam
Sarwam Tadrocate Kulam
Tasyam Twarocamanayam
Sarwamewa Na Rocate (Manawa Dharmasastra III.62)
Jika sang istri selalu berwajah berseri-seri seluruh rumah akan kelihatan bercahaya, tetapi jika ia tidak berwajah demikian semuanya akan kelihatan suram.

Kuwiwahaih Kriya Lopair
Wedanadhyayanena Ca
Kulanya Kulam Tamyanti
Brahmanati Kramena Ca (Manawa Dharmasastra III.63)
Dengan perkawinan secara rendah yaitu dengan mengabaikan upacara pemujaan, dengan mengabaikan pelajaran Weda dan dengan tingkah laku yang tidak hormat kepada Sulinggih, keluarga-keluarga besarpun akan berantakan.

Mantratastu Samrddhani
Kulanyalpa Dhananyapi
Kulasamkhyam Ca Gachanti
Karsanti Ca Mahadyacah (Manawa Dharmasastra III.66)
Tetapi keluarga-keluarga yang kaya dalam pengetahuan Weda walaupun mempunyai kekayaan sedikit mereka dapat dimasukkan dalam golongan keluarga yang mulia serta mendapatkan kemakmuran.

Swadhyaye Nityayuktah
Syaddaiwe Caiweha Karmani
Daiwakarmani Yukto Hi
Bibhartimdam Caracaram (Manawa Dharmasastra III.75)
Hendaknya setiap orang yang menjadi kepala rumah tangga setiap harinya menghaturkan mantra-mantra suci Weda (Puja Trisandya) dan juga melakukan upacara pada para Dewa karena ia yang rajin dalam melakukan upacara yadnya pada hakekatnya membantu kehidupan ciptaan Hyang Widhi yang bergerak (mahluk hidup) maupun yang tidak bergerak (alam semesta).

Demikian sekilas tentang Kewajiban Suami - Grahasta Asrama, semoga bermanfaat.