Tampilkan postingan dengan label Bhagavad gita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bhagavad gita. Tampilkan semua postingan

Rabu, 19 Agustus 2015

Sekilas Sloka tentang Ketuhanan, Filsafat, Etika dan Upacara

Sekilas Sloka tentang Ketuhanan, Filsafat, Etika dan Upacara

KETUHANAN

Dalam Sarasamuscaya, 35. Menyebutkan sbb :
Ekam yadi bhavecchastram sreyo nissamcayam bhavet’ bahutvadiha sastranam guham creyah pravesitam. (Sarasamuscaya, 35).
Artinya :
Yan tunggala keta Sang Hyang Agama, tan sangcaya ngwang irikang sinanggah hayu, swargapawargaphala, akweh mara sira, kapwa dudu paksanira sowing-sowang-hetuning wulangun, tan anggah ring anggehakena, hana ring guhagahwara, sira sang hyang hayu.
Terjemahan :
Sesungguhnya hanya satu tujuan agama, mestinya tidak sangsi orang yang disebut kebenaran, yang dapat membawa ke surga atau moksa, semua menuju kepadanya, akan tetapi masing-masing berbeda caranya, disebabkan oleh kebingungan, sehingga yang tidak benar dibenarkan; ada yang menyangka,bahwa di dalam gua yang besarolah tempatnya kebenaran itu.

Sarasamuscaya, 171. Juga menyebutkan sbb :
na danadduskaratam trisu lokesu vidyate,  arse hi mahati trsna sa ca krcchrena labhyate” (Sarasamuscaya, 171).
Artinya :
Sebab di tiga dunia ini tidak ada yang lebih sulit dilakukan dari pada berdana punia (bersedekah), umumnya sangat besar terlekatnya hati kepada harta benda, karena dari usaha bersakit-sakitlah harta benda itu diperoleh.

dhanani jivitam caica pararthe prajna ut srajet, sannimittam varam tyago vinace niyate sati
Artinya :
Maka tindakan orang yang tinggi pengetahuanya, tidak sayang merelakan kekayaan, nyawanya sekalipun, jika untuk kesejahteraan umum; tahulah beliau akan maut pasti datang dan tidak adanya sesuatu yang kekal; oleh karena itu adalah lebih baik berkorban ( rela mati ) demi untuk kesejahteraan umum.

yasya pradanavandhyani dhananyayanti yanti ca, sa lohakarabhastreva cvannapi na jivati” (Sarasamuscaya, 179).
Artinya :
Kekayaan seseorang datang dan pergi (mengalami pasang surut), bila tidak dipergunakan untuk berdana punia, maka mati namanya, hanya karena bernafas bedanya, seperti halnya puputan pandai besi.

Sarasamuscaya, 261. Dalam terjemahan menyatakan bahwa :
Carilah uang itu berdasarkan Dharma.
Selanjutnya gunakanlah perolehan itu untuk mewujudkan tiga tujuan hidup.


Sarasamuscaya, 21. Menyatakan sbb :
Kunang ikang wwang gumawayikang subhakarma, janmanyan sangke rig swarga delaha, litu hayu maguna, sujanma, sugih, amwiirya, phalaning subhakarmawasana tinemuya. (Sarasamuscaya, 21).
Artinya :
Maka orang yang melakukan perbuatan baik kelahirannya dari sorga kelak akan menjadi orang yang rupawan,gunawan,muliawan, hartawan, dan berkekuasaan; buah hasil perbuatan yang baik didapat olehnya.

Indram mitram varunam agnim ahur Atho divyah sa suparno garutman Ekam sadvipra bahudavadhanty Agnim yamam matarisvanam ahuh (Reg Veda I.164.46).
Artinya :
Mereka yang menyebut-Nya dengan Indra, Mitra, Varuna, dan Agni, Ia yang bersayap keemasan Garuda, Ia adalah Esa, para maharsi (viprah) memberinya banyak nama, mereka menyebut Indra, Yama, Matarisvan.

Bhagavadgita XI.40. menyebutkan sbb :
Namah puras tas artha prstha taste Mamostu te sarvata eva sarva Ananta vi rya mitavikramastvam Sarvam samapnosi sarvah. (Bhagavadgita, XI.40).
Artinya :
Hormat pada-Mu pada semua sisi, O Tuhan. Engkau adalah semua yang ada, tak terbatas dalam kekuatan, tak terbatas dalam keperkasaan. Karena itu engkau adalah semua itu.

Svestasvara Upanisad II.17. Mengatakan ssb :
Yo devo’gnayu yo’psu, yo visvam bhuvanama visesa, Yo asadishu yo vanaspatisu, tasmai devaya namo namah. (Svestasvara Upanisad II.17).
Artinya :
Sujud pada Tuhan yang berada dalam api, yang ada dalam air yang meresapi seluruh alam semesta yang ada dalam tumbuh-tumbuhan yang ada dalam pohon-pohon kayu.
Kitab Maha Nirvana Tantra dan Brahma Sutra, I.1.2. Sehubungan dengan itu kitab suci Bhagavadgita, XI.55 dan XVIII.65 dalam terjemahan menyatakan sbb :
“Yang bekerja bagi-Ku, menjadikan Aku sebagai tujuan tertinggi,
berbakti kepada-Ku tanpa kepentingan pribadi, tiada bermusuhan terhadap segala insani, dialah yang datang kepada-Ku, oh Pandawa“
”Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbakti pada-Ku, bersujud pada-Ku, sembahlah Aku engkau akan tiba pada-Ku, Aku berjanji  setulusnya padamu sebab engkau Ku-kasihi“
Kitab suci Yajur Veda IX.22,23, Atharva Veda XII.1.2 serta Veda Smrti VII.13,14 dan 18 yang dalam terjemahannya berbunyi sebagai berikut :

” Kami menghormati Ibu Pertiwi. ( Yajur Veda, IX.22 )

“Semoga kami waspada menjaga dan melindungi bangsa dan negara kami” ( Yajur Veda, IX.23 )

“Semoga kami dapat berkorban untuk kemuliaan bangsa dan negara kami”  ( Athrva Veda, XII.1.2 )

”Karena itu hendaknya jangan seorangpun melanggar undang – undang yang dikeluarkan oleh pimpinan negara, baik karena menguntungkan seseorang maupun yang merugikan pihak yang tidak menghendakinya “  ( Veda Smrti, VII.13 )

”Demi untuk itu, Tuhan telah menciptakan Dharma, pelindung semua makhluk, penjelmaannya dalam wujud undang – undang merupakan bentuk kejayaan Brahman Yang Esa” ( Veda Smrti, VII.14 )


Kitab suci Isa Upanisad, 6. Menyatakan sbb  :
Yas tu sarvani bhutani atmanyevanupa yati sarva bhutesu catmanam tato na vijugupsate” (Isa Upanisad, 6)
Artinya:
Dia yang melihat semua mahluk pada dirinya (Atman) dan dirinya (Atman) sendiri pada semua mahluk, Dia tidak lagi melihat adanya sesuatu perbedaaan dengan yang lain.

FILSAFAT / TATTWA

Orang yang kebingungan akan menyangka bahwa kebenaran itu dianggap bukan kebenaran. Seperti juga ada yang menganggap kebenaran terdapat di dalam gua. Dengan mengetahui tujuan agama, maka kebingungan seperti itu tidak terjadi lagi.
Brahmaghna ca sarape ca core bhagnavrate sate, niskrtivihita sabdih jrtahgne nasty niskrtih (Sarasamuscaya, 322).
Brahmagnha ngaraning mamati brahmana, humilangaken sang hyang brahma mantra kunang, tan yatna ri sira, surapa ngaraning manginum madya, an pakabrata tan panginum madya, cora kunang, bhgnabrata ngaraning manglebur brata, atyanta gongning ngaraning manglebur brata, atyanta gongning papanika kabeh, tathapin mangkana hana pamrayascitta irika, kunang papaning krtaghna, tan patambanika, tan kawenang pinrayacitta.
Artinya :
Brhmaghna artinya membunuh brahmana dan menghilangkan brahma mantra, tidak mengindahkan Beliau. surapa artinya meminum minuman keras; orang yang menjalankan brata tidak dibenarkan meminum minuman keras; tidak boleh mencuri; bhgnabrata namanya jika melebur (membatalkan) brata; kelewat besar dosanya; namun dmikian masih ada penebusanya; akan tetapi dosa krtaghna (tak tahu berterima kasih ) tak ada obatnya, tak ditebus.

Jadi dosa besar jika manusia membatalkan bratanya dan meneguk minuman keras. Brata itu menghantarkan manusia sebenarnya kepada surga yang akan diraihnya nanti. Seperti juga yang terdapat pada sloka ini :
Samklistakarmanamatipramadam bhuyo nrtam cadr dabhaktikam ca, vicitaragam bahumayinam na ca naitan niseveta naradhaman sat. (Sarasamuscaya, 325).
Nihan lwirning tan sangsargan, wwang mangulahaken pisakit, parapida duracara, wwang gong pramada, wwang mithyawada, wwang tan apangeh kabhatinya, wwang gong raga, wwang sakta ring madya, nahan tang nem kanistanin wwang, tan yogya siwin.
Artinya :
Inilah misalnya orang yang tidak patut dijadikan kawan bergaul, orang yang mengusahakan penyakit dan kesedihan kepada orang lain, serta buruk laku, orang yang sangat alpa, orang yang kata-katanya bohong dusta, orang yang terikat hatinya kepada minuman keras, keenam orang yang sangat keji itulah, yang patut dihindarkan.

Selain mabuk minum-minuman keras, disebutkan juga tidak baik menjadi orang yang mabuk kebangsawanan, mabuk kerupawanan, dan mabuk kepintaran. Sesungguhnya itu menimbulkan ketidaktenangan hati di dunia. Seperti pada sloka berikut :
Vidyamado dhanamadasttrtiyo’ bhijanairmadah, mada hyete valiptanameta eva satam damah. (Sarasamuscaya, 337).
Nihan sangskepaning mangdadyaken mada ring durjana widya, dhana, abhijana, widya ngaran sang hyang aji, widyamada ngaraning wero kapuhara denira, dhana ngaraning masmanik, salwirning wibhawa, dhanamada ngaranikang mada kawangun denya, abhijana ngaraning kawwangan abhijanamada ngaraningkang wero kapuhara denya, nahan tawakning mangddyaken mada ring durjana, kunang ri sangn sajjana, mangddyaken kopasaman ika.
Artinya:
Inilah secara singkat hal-hal yang menimbulkan kesombongan pada si durjana; widya, dhana, abhijana, widya artinya ilmu pengetahuan, widyamada artinya rasa bangga yang diakibatkan ilmu pengetahuan; dhana adalah kekayaan emas dan permata, segala rupa kekayaan; dhanamada disebut kesombongan yang ditimbulkan oleh kekayaan itu; abhijana artinya keturunan yang mulia; abhijanama artinya mabuk akan bangsawan; itulah bentuk-bentuk yang menimbulkan rasa angkuh pada si durjana; sebaliknya sang sajan bentuk-bentuk itu menyebabkan timbulnya ketenangan hati.

ETIKA / SUSILA

Susila atau etika merupakan upaya (karma) manusia mempergunakan keterampilan fisiknya (angga/raga)dan cerdas rohani  (suksma sarira) manusia terdiri atas pikiran (manas), kecerdasan (buddhi) .dan kesadaran murni (atman) yang dapat berfungsi sebagai saranauntuk memecahkan berbagai masalah tentang bagaimana manusia hidup  dan berbbuat baik (saputra). Kitap sarasamuscaya menyebutkan sebagai berikut :
manusah sarvabhutesu varttate vaiu saubhasuhe,asubhasue  samasvitam subhesveva vakyaret. Ri sakiwang srwa bhuta,ikingjanma wwang juga wenang gumayana kening subha –subhakarma  iking janma, kuneng  akena ring subhakarna juga ikang asubha karma phalaning dadi wwang. (Sarasamuscaya, 2).
Artinya :
Dari sedemikian banyaknya semua mahkluk yang hidup , yang di lahirkan sebagai manusia itu saja yang dapat berbuat perbuatan yang baik-buruk itu adapun untuk peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik juga manfaatnya menjadi manusia.

Demikianlah manfaat hidup menjadi manusia sebagai di sebutkan dalam kitab suci Weda. manusia hendaknya selalu mengupayakan prilaku yang baik dengan sesamanya memperlakukan orang dengan baik sesungguhnaya adalah sama dengan memperlakukan diri sendiri dengan baik juga (tatwam asi), prilaku seperti itu patut di upayakan harus di lestarikan dalam setiap tindakan kita sebagai manusia, setiap induvidu hendaknya berfikir dan bersifat professional menurut guna dan karma. Di antara makhluk hidup, manusia merupakan makhluk paling istimewa, makhluk yang paling sempurna karena memiliki Tri Pramana (bayu, sabda, idep). Dengan idep manusia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mampu melebur perbuatan buruk ke dalam perbuatan baik. Menyadari hal tersebut maka janganlah sia-siakan kesempatan lahir sebagai manusia untuk berbuat baik (susila), agar tujuan kita lahir ke dunia bisa tercapai.
Dalam kitab Sarasamuscaya, sloka 160 disebutkan sebagai berikut :
Silam pradhanam puruse tadyaseha pranasyati, na tasya jivitenartho duh silam kinprayojanam, Sila ktikang pradhana ring dadi wwang, hana prawrtti ning dadi wwang dussila, aparan ta prayojananika ring hurip, ring wibha, ring kaprajinan, apan wyartha ika kabeh, yan tan hana silayukti”. (Sarasamuscaya, 160).
Artinya :
Susila itu adalah yang paling utama, pada titisan sebagai manusia. Jika ada perilaku titisan sebagai manusia itu tidak susila, apakah maksud orang itu dengan hidupnya, dengan kekuasaan, dengan kebijaksanaan, sebab sia-sia itu semuanya jika tidak ada kesusilaan. Ajaran susila hendaknya terapkan di dalam kehidupan kita di dunia ini, karena di dunia inilah tempat kita berkarma.

UPACARA

Atharwa Weda  XXI.1.1  menyebutkan : 
Satyambrihadh rtam ugram diksa tapo
Brahma yajna prithivim dharayanti (Atharwa Weda  XXI.1.1).
Artinya :
Kebenaran, hukum abadi yang agung dan penyucian diri pengendalian diri, doa dan ritus (Yajna) inilah yang menegakkan bumi.

Saha yajnahprajah srstva purovacaprajapatih
‘anenaprasavisadhauam esa vo stu ista-kama dhuk
Artinya:
Sesungguhnya sejak dulu dikatakan, Tuhan setelah menciptakan manusia melalui yajna (Bhagawadgita  III.10), berkata : dengan (cara) ini engkau akan berkembang, sebagaimana sapi merah yang memenuhi keinginanmu (sendiri).

Satyam brhadrtamugram diksa,
Tapo brahma yadnya Prthiwimdharayanti  (Atharwa Weda)
Artinya :
Sesungguhnya  satya, rta, diksa, tapa, brahma dan yadnya  yang menyangga dunia.

Yajna ngaraning manghanaken homa (Wrhaspati Tattwa)
Artinya :
 Yajna artinya mengadakan homa   

Yajna ngaranya “Agnihotradi” kapujan Sang Hyang Siwagni pinakadinya (Agastya Parwa)
Artinya:
Yajna artinya “Agnihotra”  yang utama yaitu pemujaan atau persembahan kepada Sang Hyang Siva Agni.

Bhagavadgita, III.9 menyebutkan :
Setiap melakukan  pekerjaan hendaknya dilakukan sebagai
Yajna dan untuk yajna.

Bhagavadgita, III.12 menyebutkan :
Para deva akan memelihara manusia dengan memberikan kebahagiaan. Karena itu manusia yang mendapatkan kebahagiaan bila tidak membalas pemberian itu dengan yajna pada hakikatnya adalah pencuri. Kemudian sloka selanjutnya menyebutkan bahwa orang yang terlepas dari dosa adalah orang yang makan sisa persembahan atau yajna. Maka sebelum menikmati  makanan, kita harus mempersembahkan makanan itu pada Tuhan. Kita makan prasadam (lungsuran = bahasa Bali) artinya makan anugrah Tuhan.

Bhagavadgita, VII.16 menyebutkan :
Chaturvidha bhayante mam Janah sukrtino ,rjuna Arto jijnasur artharthi  Jnani ca bharatasabha” (Bhagavadgita, VII.16)
Artinya :
Ada empat macam orang yang baik hati memuja padaku, wahai Bharatasabha, mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar artha dan yang berbudi Arjuna.
Dalam kitab Sarasamuscaya, 81. Disebutkan dalam terjemahannya sbb :
Demikianlah hakikatnya pikiran tidak menentu jalannya, banyak yang dicita-citakan terkadang berkeinginan, terkadang penuh keragu-raguan, demikianlah kenyataanya, jika ada orang yang dapat  mengendalikan pikiran  pasti orang itu memperoleh kebahagiaan baik sekarang maupun didunia lain.
 
Kitab Bhagavadgita VII.8  memberi petunjuk sbb :
Raso ‘ham apsu kaunteya,   prabha ‘smi  sasisuryayoh, Pranavah sarvavedeshu,  sabdah  khe paurusham nrisu” (Bhagavadgita VII.8)
Artinya :
Aku adalah rasa dalam air,  Kunti putra, Aku adalah cahaya pada bulan dan matahari. Aku adalah huruf aum  dalam kitab suci Weda, Aku adalah suara diether dan kemanusiaan pada manusia.

Kitab Sarasamuscaya, I.4. Menyebutkan :
Iyam hi yonih prathma yonih prapya jagadipe Atmanam sakyate tratum karmabhih sublalaksanaih Apan ikang dadi wwang uttama juga ya, nimittaning mangkana,  wenang ya Tinulung  awaknyasangkeng sangsara, makasadanang  subhakarma  Hinganina  kotamamaningdadi wwang ika. (Sarasamuscaya, I.4).
Artinya :
Sebab menjadi manusia sungguh utama juga, karena itu, ia dapat  menolong dirinya dari keadaan sengsara dengan jalan karma  yang baik, demikianlah keistimewaan menjadi manusia.

Kitab Bhagavadgita IV.28 sbb :
Dravya-Yajnas tapa-yajna, yoga-yajnas tathapare,Svadhyaya, jnana yajnas ca yatayah samstia vratah. (Bhagavadgita, IV.28).
Artinya :
Ada  yang  mempersembahkan harta, ada tapa, ada yoga, dan yang lain pula pikirkan yang terpusat dan sumpah berat, mempersembahkan ilmu dan pendidikan budi.

Sloka Bhagavadgita menjelaskan hal ini sbb :
ye yatha mam prapadyante, tams tathai ‘va bhayamy aham Mam vartma .nuvartante, manushyah partha sarvasah
Artinya :
Dengan jalan manapun (beryajna) ditempuh manusia kearah-Ku, semuanya Ku-terima  dari mana-mana semua mereka menuju jalan-Ku oh  Partha.
demikianlah Sekilas Sloka tentang Ketuhanan, Filsafat, Etika dan Upacara, semoga bermanfaat.

Kamis, 16 Juli 2015

Sloka Veda Tentang Etika dan Budaya Kerja

Sloka Veda Tentang Etika dan Budaya Kerja


Kurvan eveha karmânņi
Jijīviset satam samah
Evam tvayi nanyatheto-asti
Na karma lipyate nare. (Yajurveda XL.2)
artinya:
Orang hendaknya suka hidup di dunia ini dengan kerja keras selama seratus tahun. Tidak ada cara yang lain bagi keselamatan seseorang. Suatu tindakan yang tidak mementingkan diri sendiri dan tidak memihak, menjauhkan pelaku dari keterikatan.

Icchanti devah sunvantam
Na svapnaya sprhayanti.
Yanti pramadam atandrah. (Atharvaveda XX.18.3)
artinya:
Para dewa menyukai orang – orang yang bekerja keras. Para Dewa tidak menyukai orang – orang yang gampang – gampangan dan bermalas – malas. Orang – orang yang selalu waspada mencapai kebahagiaan yang agung.
Asmanvati riyate sam rabhadhvam
Uttisthata pra tarata sakhayah.
Atra jahama ye asan asevah
Sivan vayam uttaremabhi vajan. (Rgveda X.53.8)
artinya:
Ya para sahabat, dunia yang penuh dosa dan kesedihan sedang lewat bagaikan sebuah sungai, alirannya yang dihalangi oleh batu-batu besar yang berat. Tekunlah, bangkit dan seberangilah, tinggalkanlah pengikut yang tak berbudi. Seberangilah sungai kehidupan itu untuk pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran.

Sa ratnam martyo vasu
Visvam tokam uta tmana
Accha gacchati-asthrta (Rg Veda I.411.6)
artinya:
Orang yang tidak kenal lelah memperoleh peKrtam me daksine haste
Jayo me savya ahitah
Gojid bhuyasam asyajid
Dhanamjayo hiranyajitrmata-permata, segala macam kekayaan dan anak cucu berkat ketekunannya.

Krtam me daksine haste
Jayo me savya ahitah
Gojid bhuyasam asyajid
Dhanamjayo hiranyajit (Atharvaveda X. 53. 8)
artinya:
Ketekunan semoga ada di tangan kanan dan kejayaan ada di tangan kiri. Semoga kami mendapatkan sapi-betina, kuda, kekayaan dan emas.

Gobhis tarkma-amatim durevam
Yavena ksudham puruhuta visvam
Vayam rajabhih prathama dhanani-
Asmakev janena jayema (Rgveda X 42. 10)
artinya:
Ya, Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi, semoga kami menyeberangi kemiskinan yang tidak bisa itu dengan memperoleh sapi-sapi betina itu. Semoga kami mengatasi rasa lapar kami dengan memilikki makanan padi-padian seperti gandum, semoga kami memperoleh kekayaan dari para raja dan mencapai keberhasilan dengan usaha-usaha kami.

Krsan it phala asitam krnoti
Yan adhvanam apa vrnkte caritraih
Vadan brahma vadato vaniyan
Prnan apir aprnantam abhi syat (Rgveda X. 117.7)
artinya:
Sebuah mata bajak yang membajak menghasikan padi-padian, seorang laki-laki yang berjalan menteberangi jalanan. Seorang laki-laki yang terpelajar menyanyikan mantra-mantra Veda, adalah lebih unggul daripada seorang yang tetap diam. Orang yang dermawan melebihi orang yang tidak menolong temannya.

Ma sredhata somino daksata mahe
Krnudhvam raya atuje
Taranir ij jayati kseti pusyati
Na devasah kavatnave (Rg veda VII.32.9)
artinya:
Wahai orang-orang yang berpikiran mulia, janganlah tersesat, janganlah tersesat. Tekunlah dan dengan tekad yang keras untuk mencapai tujuan-tujuan yang tinggi. Bekerjalah dengan tekun untuk memperoleh kekayaan. Orang yang bersemangat (tekun sekali) berhasil, hidup berbahagia dan menikmati kemakmuran. Para dewa tidak pernah menolong orang yang bermalas-malas.

Sudakso daksaih kratunasi
Sukratur agne kavih kavyenasi visvavit
Vasur vasunam ksayasi tvam eka id
Dvaya ca yani prthivi ca pusyatah (Rgveda X. 91.3)
artinya:
Sang Hyang Agni (Tuhan Yang Mahaua Esa), Engkau berdaya guna dengan perbuatan-perbuatan yang berbudi luhur, Engkau bersemangat dengan kegiatan-Mu. Engkau seorang bagi penerima wahyu Veda. Engkau adalah yang maha mengetahui, Engkau adalah pendukung lima unsur yang agung (Panca Maha Bhuta). Engkau adalah satu-satunya penguasa atas semua benda, yang terpelihara oleh langit (sorga) dan bumi (dunia)


Na rte srantasya sakhyaya devah (Rgveda IV. 33. 11)
artinya:
Para Dewa menolong orang yang tidak dilelahkan oleh kerja keras yang berat.

Ayam me hasto bhagavan
Ayam me bhagavattarah (Rgveda X.60.12)
artinya:
Semoga tangan kananku beruntung dan tangan kiriku yang lebih beruntung.


Atandraso avrka asramisthah (Rgveda.4.12)
artinya
Ya Sang Hyang Agni (Tuhan Yang Maha Esa), hanya orang yang giat, tulus hati dan tidak kenal lelah, berhasil dalam kehidupan.

Nasusver apir na sakha na jamih (Rgveda. IV.25.6)
artinya:
Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi, bukanlah sahabat, kerabat atau sanak saudara dari orang yang malas.

Dhana-dhanya prayogesu vidya saygrahanenu ca,
Ahare vyahara ca tyakta lajjaa sukhi bhavet (Canakya Nitisastra VII.2)
artinya:
Dalam urusan mencari beras dan dalam urusan keuangan, dalam hal menuntut ilmu, dalam hal menikmati makanan dan dalam hal berdagang, orang hendaknya meninggalkan rasa malu. Orang tersebut akan memperoleh kebahagiaan.

Dharmenarthah samaharyo
Dharmalabdham triad dhanam,
Kartavyam dharma paramam
Manavena prayatnatah (Sarasamuccaya 261)
artinya:
Dengan cara berusaha memperoleh sesuatu hendaklah berdasarkan dharma. Dana yang diperoleh karena usaha, hendaklah dibagi tiga, guna melaksanakan (biaya) mencapai yang tga itu; perhatikanlah itu baik-baik.

Karmany ewadhikaraste
Ma phalsesu kadacana,
Ma karma-phala-hetur bhur
Mate sango `stw akarmani (Bhagavadgita II. 47)
artinya:
Tugasmu hanya berbuat dan jangan sekali-sekali mengharap akan hasil; jangan sekali-kali hasil yang menjadi motifmu ataupun sama sekali terikat dengan tanpa kegiatan.

Yoga-sthah kuru karmany
Sangam tyaktwa dhananjaya,
Siddhi-asiddhyoh samo
Bhutwa samatwam yoga ucyate. (Bhagavad gita II. 48)
artinya:
Mantapkanlah dalam yoga dan lakukanlah kegiatanmu, wahai Dananjaya (Arjuna), lepaskanlah keterikatan dan tetap teguh baik dalam keberhasilan maupun kegagalan, karena ketenangan pikiran itu disebut sebagai yoga.

Durena hy awaram karma
Buddhi-yogad dhananjaya,
Budhau saranam anwiccha
Krpanah Phala-hetawah (Bhagavadgita II. 49)
artinya:
Sungguh sangat rendah derajat mereka yang hanya bekerja tanpa pendisiplinan kecerdasan (budhiyoga) wahai Dananjaya (Arjuna); berlindunglah pada kecedasan, kasihan mereka yang mengharapkan hasil dari kegiatan.

Buddhi-yukto jahatiha
Ubhe sukrta-duskrte,
Tasmad yogaya yujyaswa
Yogah karmasu kausalam (Bhagavadgita II.50)
artinya:
Orang yang telah mempersatukan kecerdasannya dengan yang bersifat Ilahi, bahkan telah melepaskan yang baik maupun yang buruk. Karenanya, usahakanlah untuk melakukan yoga, sebab yoga merupakan ketrampilan dalam kegiatan kerja.

Yajna-dana-tapah-karma
Na tyajyam karyam ewa tat,
Yajno danam tapas caiwa
Pawanani manisinam. (Bhagavadgita XVIII. 5)
artinya:
Kegiatan Yajna, dana, dan tapah jangan ditinggalkan tetapi harus dilaksanakan, karena kegiatan itu memurnikan orang-orang bijaksana.

Etany api tu karmani
Sangam tyaktwa phalani ca,
Kartawyani me pharta
Niscitam matam uttamam (Bhagavadgita XVIII. 6)
artinya:
Tetapi kegiatan kerja inipun hendaknya dilaksanakan dengan melepaskan keterikatan dan keinginan pada hasilnya. Wahai Partha (Arjuna), hal ini merupakan keputusan-Ku yang terakhir.

Niyatasya tu sannyasah
Karmano Nopapadyate,
Mohat tasya parityagas
Tamasah parikirtitah (Bhagavadgita XVIII. 7)
artinya:
Sesungguhnya melepaskan kewajiban yang harus dilakukan adalah tidak benar. Meninggalkan kewajiban karena kebodohan dinyatakan sebagai Tamasa.

Niyatam sanga-rahitam
Araga-dwesatah krtam
Aphala-prepsuna karma
Yat tat sattvikam ucyate (Bhagavadgita XVIII. 23)
artinya:
Suatu kegiatan yang bersifat wajib, yang dilaksanakan tanpa keterikatan, tanpa kebencian oleh orang yang tak mengharapkan hasil, itu dikatakan sebagai sattvika.

Yat tu kamepsuna karma
Sahankarena wa punah,
Kriyate bahulayasam
Tad rajasam udahrtam (Bhagavadgita XVIII. 24)
artinya:
Tetapi kegiatan kerja yang dilakukan dengan usaha keras oleh seseorang yang mencari pemenuhan keinginannya atau yang didorong oleh keakuan, dikatakan sebagi rajasa.

Anubhandam ksayam himsam
Anapeksya ca paurusam,
Mohad arabhyate karma
yat tat tamasam ucyate (Bhagavadgita XVIII. 25)
artinya:
Kegiatan yang kerja yang dilakukan karena kebodohan, tanpa memperdulikan akibat atau kerugian dan melukai, serta tanpa memandang kemampuannya, kegiatan dikatakan bersifat tamasika.

Samo damas tapah saucam
Ksantir arjawam ewa ca,
Jnanam wijnanam astikyam
Brahma-karma swabhawa-jam (Bhagavadgita XVIII.42)
artinya:
Ketenangan, pengendalian diri, tapah, kemurnian, kesabaran, kejujuran, kebijaksanaan, pengetahuan, dan keyakinan dalam agama, semuanya ini merupakan kewajiban dari para Brahmana, yang berasal dari sifatnya sendiri.

Sauryam tejo dhrtir daksyam
Yuddhe ca`py apalayanam,
Danam iswara-bhawasca
Ksatram karma swabhawa-jam (Bhagavadgita XVIII.43)
artinya:
Sifat kepahlawanan, pemberani, mantap, kemahiran, pantang mundur walaupun dalam pertempuran, kedermawanan dan kepemimpinan, semua itu merupakan kewajiban dari golongan Ksatria, yang berasal dari sifatnya sendiri.

Sve-sve karmany abhiratah
Samsiddhim labhate narah
Svakarmaniratah siddhim
yatha vindati tac chrnu (Bhagavadgita XVIII.45)
artinya:
Dengan mengabdikan kewajibannya sendiri manusia mencapai kesempurnaan. Bagaimana seseorang yang mengabdikan pada kewajibannya sendiri mencapai kesempurnaan, dengarkanlah ini:

Sreyan sva-dharmo vigunah
Para-dharmat svanusthitat
Svabhaya-niyatam karma
Kurvan napnoti kilbisam (Bhagavadgita XVIII.47)
artinya:
Lebih baik dharmanya sendiri walaupun tidak sempurna melakukannya daripada dharna orang lain walaupun sempurna pelaksanaanya; karena orang tidak akan melakukan dosa bila melakukan dharmanya sendiri yang ditentukan oleh sifatnya.