Rabu, 19 Agustus 2015

Sekilas tentang Wamana Purana

Sekilas tentang Wamana Purana

Siva dan Parvati

Rsi Narada suatu hari menemui rsi Pulastya dan ingin tahu tentang Vamana purana. Apapun yang diceritakan Pulastya pada Narada adalah seperti cerita berikut ini :
Siva dan Parwati tinggal di Gunung Mandara. Ketika panas matahari menyengat mereka, Parvati berkata pada Siva, “ Kita tidak mempunyai rumah. Bagaiamana kita bertahan dari sengatan matahari dan hembusan angin ?”
“ Itu tidak berarti bagi kita , “jawab Siva. “ Aku tidak memiliki rumah. Aku menghabiskan waktuku di hutan belantara .“
Siva membawa Parwati menuju sebuah pohon dan mereka menghabiskan musim panas dibawah pohon.

Musim panas telah berlalu dan musim hujan telah tiba. Langit di tutupi oleh awan hitam. Suara petirpun dapat di dengar.
Parvati berkata pada Siva, “ Oh Dewa, hujan menerpa kita. Angin berembus dengan kuat, ada petir dan badai. Adakah engkau dengar burung merak bernyanyi dengan riang ? Hujan telah mulai turun dan sungai yang tenang telah berubah menjadi hujan gunung yang sangat deras. Buatkanlah aku sebuah rumah di gunung Mandara sehingga kita dapat berlindung dan hidup dengan tenang .”
Sayang, “ Jawab Siva, “ Aku tidak mempunyai harta yang dapat aku pakai untuk membangun rumah. Aku mengenakan kulit harimau dan ular sebagai pakaianku. Bagaimana aku dapat membangun rumah ?”
Parvati tidak senang mendengarnya. “ Apakah kita akan menghabiskan musim hujan dibawah pohon ini juga ?” ia bertanya.
Tidak, “ Kata Siva. “ Ayo kita bersembunyi dibalik awan sehingga hujan tidak akan membasahi kita.”
Siva dan Parvati kemudian bersembunyi di balik awan. Kata Jimuta berarti awan dan karena inilah Siva mendapat julukan Jimutaketu.


Kemenangan Brahma.

Musim hujan telah berlalu dan cuaca kembali menyenagkan. Awan-awan telah hilang. Bunga-bunga mengembang pada pohonnya ; bunga-bunga lotus dapat dilihat di kolam-kolam. Siva dan Parvati meninggalkan awan dan kembali ke pegunungan Mandara untuk tinggal disana.
 Visnu telah tidur sepanjang musim hujan dan sekarang ia telah bangun. Untuk merayakan hal ini, Daksa melakukan yajnya (upacara korban) dimana ia mengundang semua Dewa terkecuali Siva. ( Daksa dalam kehidupan terdahulu adalah anak Brahma ).
 Mengapa Daksa tidak mengundang Siva ?” tanya Narada. “ Karena di tangan Siva telah melekat sebuah tengkorak, “ jawab Pulastya.
 “ Aku tidak mengerti, “ kata Narada. “ Bagaimana dapat tengkorak itu melekat di tangannya ?”
 Pulastya memberitahu Narada tentang cerita yang terjadi pada zaman dahulu.
Jagat raya dipenuhi dengan air. Tak ada tanah, bulan, matahari dan api. Semuanya terendam dalam air dan jagat raya diselubungi oleh kegelapan. Selama ribuan tahun Visnu tertidur dalam air itu dan kegelapan  ini merajai dunia. Ketika malam telah berakhir. Visnu terbangun dan menciptakan Brahma berkepala lima dan telah mempelajari Veda. Bersamaan dengan terciptanya Brahma, Siva muncul dari kegelapan. Ia membawa trisula di tangannya.
Brahma dan Siva berselisih paham.
“ Siapakah dirimu ?  Siapakah yang membawamu kemari ? Siapakah yang menciptakanmu ?” tanya Brahma kepada Siva.
“ Siapakah dirimu dan siapakah orang tuamu ?” Brahma bertanya. “ aku tahu siapa dirimu. Engkau datang dari kegelapan. Engkau bermata tiga. Engkau sapi jantan. Engkau pasti Siva sang pelacur.
Kata-kata ini membuat Siva marah dan wajahnya tampak menakutkan. Dengan kukunya Siva merobek salah satu kepala Brahma dan kepala itu melekat di tangan kiri Siva. Betapapun kerasnya upaya yang dilakukan oleh Siva untuk melepaskan kepala itu tetap tak berhasil.
Sementara itu Brahma menciptakan seorang prajurit untuk menghancurkan Siva. Prajurit ini bertameng dan membawa busur serta beberapa batang panah. Prajurit itu bertangan empat. Ia berkata kepada Siva, “ aku tidak akan membunuhmu, karena engkau seorang pendosa. Tidak seorangpun membunuh seorang pendosa. Tetapi aku akan memberimu pelajaran. “
Mendengar kata-kata ini Siva dan Parvati menuju Himalaya. Sungai Saraswati mengalir di tempat ini dan di depannya ada sebuah pertapaan yang termasyur bernama Vadarikasrama.
Siva menyeberangi sungai itu dan bertemu dengan Visnu, “ Tolong selamatkanlah aku.Anugerahilah aku suatu anugerah. “
“ Pukullah tangan kiriku dengan trisulamu .” jawab Visnu
Setelah Siva melakukan hal ini, darah mengalir dari tangan Visnu dalam tiga aliran. Aliran yang pertama menyatu dengan maksatra (bintang) di langit. Aliran yang kedua turun ke bumi dan rsi Atri dan Durvasa diciptakan dari aliran ini. Aliran yang ketiga dan terakhir jatuh di dahi Siva dan seorang prajurit muncul. Dia berkulit gelap dan memegang busur dan beberapa batang anak panah di tangannya.
( Kebanyakan purana lain menulis cerita yang berbeda tentang kelahiran Atri. Contohnya Bhagavata purana, Visnu purana, dan Matsya purana menyatakan bahwa rsi Atri lahir dari mata Brahma. Dia tidak memiliki anak dan ia mulai melakukan tapasya (meditasi). Brahma, Visnu dan Siva sangat senang dengan doa Atri dan setuju untuk memberikan anugerah bahwa ia akan mempunyai keturunan. Dari anugerah Siva lahirlah rsi Durvasa, dari anugerah Visnu lahirlah rsi Dattatreya, dan dari anugerah Brahma lahirlah Soma. )
Kembali pada cerita Vamana Purana. Prajurit yang lahir dari dahi Siva bertanya, “ Siapakah yang harus dihancurkan ? Apa perintahmu padaku ?”
“ Bunuhlah prajurit yang diciptakan oleh Brahma.” Jawab Siva.
Dua prajurit itu mulai bertanding, dan selama ribuan tahun dewa peperangan terus berlangsung. Akhirnya prajurit Brahma mengalahkan prajurit Siva dan Brahma menang. Prajuirit Brahma bersatu dengan matahari dan prajurit Siva bersatu dengan Visnu.

Siva dan Wisnu.

Tetapi kepala Brahma yang lepas tak mau menyingkir dari tangan Siva dan dengan cepat menjadi tengkorak. Brahmana adalah yang pertama dari empat golongan (varna) dan dengan memotong kepala Brahma, Siva telah melakukan dosa (brahmanahatya) membunuh seorang Brahmana.
Dosa itu berubah menjadi sesosok mahluk hidup dan tak mau melepaskan Siva. Dosa ini mengikuti Siva kemanapun ia pergi. Bahkan dosa itu masuk ke tubuh Siva. Siva pergi ke pertapaan yang dikenal dengan nama Vadarikasrama, tetapi dosa itu tetap merasuk ke dalam tubuhnya. Siva mencoba untuk mandi di sungai Yamuna untuk membersihkan dosanya. Tetapi dosa itu begitu dalam sehingga sungai itu mengering. Hal itu juga terjadi ketika Siva mencoba untuk mandi di sungai Saraswati. Berbagai tirtha (tempat suci) yang dikunjungi oleh Siva, tetapi tidak berhasil menyucikan dirinya. Berbagai Vrata (upacara keagamaan) yang telah dilakukan oleh Siva tetapi tak terjadi apapun.
Saat itu Siva bertemu dengan Visnu dan berdoa padanya. Visnu berkata pada Siva, “ Ada sebuah tirtha yang bernama Varanasi, yang terletak antara dua pertemuan sungai suci Vara dan Asi. Di kota Varanasi ada sebuah tirtha yang bernama Dasasvamedha. Pergilah kesana dan berdoa, maka engkau akan dibebaskan .”
Inilah yang Siva lakukan dan dosa itupun hilang. Bagaimana dengan tengkorak yang melekat itu ? Tengkorak ini terlepas dan tirtha itupun dikenal dengan sebutan Kapalamocana.

Daksa Yadnya.

“ Kembali pada apa yang telah aku katakan, “ lanjut Pulastya, “ Daksa tidak mengundang Siva untuk menghadiri Yajnya-nya karena di tangan Siva tengkorak itu masih melekat.”
Saat itu Siva menikah dengan Sati, putri Daksa dan Daksa adalah mertuanya. Sati lah yang lahir sebagai Parvati dalam kelahiran berikutnya. Daksa mempunyai putri\ yang bernama Ahalya yang menikah dengan rsi Gautama ( pada Purana lainnya Ahalya dikatakan sebagai putri Brahma. ) Gautama dan Ahalya mempunyai empat putri yang bernama ; Jaya, Vijaya, Jayanti, dan Aparajita. Sati adalah bibinya dan mereka adalah pengikutnya.
Daksa tidak mengundang Siva dan Sati untuk datang ke Yajna-nya.
Jaya, suatu hari mengunjungi Sati di gunung Mandara.
“ Bagaimana khabarmu Jaya ? tanya Sati. “ Di mana Vijaya, Jayanti dan Aparajita ?”
“ Mereka menghadiri Yajna, “ jawab Jaya. “ Mengapa engkau tidak pergi ? Semua orang pergi ke sana, semua dewa dan rsi, Mengapa engkau dan Siva tidak diundang .”
Sati sangat malu mendengar kata-kata Jaya dan ia meninggal saat itu juga.
( pada purana lain, ceritanya agak sedikit berbeda. Tidak disebutkan mengenai Jaya sedikitpun. Mendengar tentang Yajna, Sati menghadirinya, walaupun tidak diundang. Tetapi ayahnya Daksa menghina Siva dan karena tidak kuat mendengar kritikan yang dilontarkan pada suaminya, Sati meninggal. )
Jaya sangat bersedih dengan kematian Sati dan suara tangisan itu, membawa Siva ke sana. Ia sangat terkejut mengetahui kematian Sati dan kemarahannya meledak ketika mengetahui alasan kematiannya. Seluruh wajahnya menunjukkan api kemarahan. Dan dari bulu tubuh Siva muncullah raksasa yang menakutkan yang dikenal sebagai Virabhadra. Dia bertangan empat dan berwajah seekor singa.
Siva, Virabhadra dan Jaya menyerang tempat dimana upacara itu diadakan. Virabhadra menjaga gerbang utara dengan membawa trisula, Jaya di sebelah tenggara dengan tongkat, dan Siva sendiri di tengah-tengah. ( pada purana lain, Virabhadra yang bertanggungjawab atas kerusakan itu. Siva tidak terlibat langsung di dalamnya, dan tidak disebutkan mengenai Jaya ).
Para dewa dan rsi sangat ketakutan dengan datangnya Virabhadra, Jaya dan Siva Yama, dewa kemudian menyerang Virabhadra dan keduanya mulai bertarung. Virabhadra dengan cepat mengalahkan ambisi Yama yang ingin membunuhnya. Dia dengan mudah mengalahkan semua dewa yang datang untuk melawannya, kedelapan Vasu, keduabelas Aditya, kesebelas Rudra, Indra, para Visvadeva, para sadhya dan banyak raksasa lainnya yang membantu para dewa. Para dewa pergi dalam keadaan kocar-kacir.
Virabhadra mengalihkan perhatiannya pada para rsi yang sibuk mengucapkan mantra (mengulang-ulang). Mereka juga melarikan diri dan mencari perlindungan pada Visnu.
Visnu sendiri datang menangani Virabhadra. Keduanya saling melepaskan anak panah satu sama lain.
Visnu memukul Virabhadra dengan tongkat dan Virabhadra membalasnya. Visnu memiliki sebuah senjata yang tidak terlihat disebut Sudarsana Cakra ( cakra bermata sangat tajam ). Dia melemparkannya pada Virabhadra. Tetapi begitu kuat perlawanan Virabhadra sehingga ia juga berhasil menangkis serangan ini. Hal ini membuat Visnu marah dan ia bergulat dengan Virabhadra. Virabhadra kalah dan pergi, ia melaporkan kekalahannya pada Siva.
Siva memutuskan untuk turun tangan. Visnu melarikan diri. Para Rudra memutuskan bahwa hal yang paling baik dilakukan adalah menyatu dengan tubuh Siva. Para Aditya, Visvadeva, para sadhya dan dewa-dewa lain pergi. Dewa bulan, Candra mencari perlindungan di langit pada bintang.
Beberapa dewa dibunuh oleh Siva. Ada seorang rsi yang bernama Pusa. Siva menangkapnya dan mengikatnya di udara. Kemudian ia memukul gigi Pusa dengan tinjunya. ( terdapat beberapa variasi cerita dalam purana lainnya. Kurma purana menyebutkan bahwa Vira-bhadra juga memukul gigi Pusa. Mahabharata menyebutkan bahwa Siva menyebabkan kerusakan . pusa juga dikenal sebagai dewa matahari, Surya. Cerita dalam Vamana Purana menyebutkan bahwa dewa matahari, bukanlah seorang rsi, yang menjadi incaran Siva .)
Ada seorang rsi yang bernama Bhaga (juga merupakan surya). Siva memukul kaki Bhaga. Mereka yang tidak melarikan diri, mati atau meminta ampun.
Yajna selesai. Tetapi Yajna itu mengenakan wujud seekor rusa ilahi dan melarikan diri. Siva mengejarnya dengan anak panah pasupata pada busurnya. Bahkan tubuhnya ia bagi dua. Satu bagian berambut yang disanggul (jata) dan meninggalkan tempat upacara itu diadakan. Inilah alasan mengapa Siva disebut dengan Jatadhara, sedangkan tubuh yang lain mengejar rusa ke angkasa dan menyatu dengan gugusan bintang kalapurusa (orion) sebagai pemburu.
Kepala dari gugusan bintang itu, berdekatan dengan Mesa (aries), bagian mukanya dekat dengan Mithuna (Gemini), jantungnya dengan Simha (leo), dan bagian samping denganTula (libra), pinggangnya dengan Vrscika (scorpio), pahanya dekat dengan Dhanu (sagitarius), kakinya dekat dengan tanda Makara (Capricorn), pergelangan kakinya dekat dengan Kumbha (aquarius), dan kakinya dekat dengan lambang Mina (pisces). Inilah asal dari duabelas bintang (rasi).

Terbakarnya Dewa Cinta.

Ribuan tahun yang lalu, ada seorang Brahmana yang bernama Vahvrca yang selalu melakukan kebajikan. Istrinya bernama Ahimsa (tanpa kekerasan). Vahvrca dan Ahimsa memiliki empat orang putra ; Hari, Krsna, Nara dan Narayana. Hari dan Krsna mengabdikan hidup mereka untuk berlatih yoga (teknik meditasi yang mempersatukan roh manusia (atman) dengan roh ilahi (paramatman).
Nara dan Narayana menjadi rsi dan berkonsentrasi pada tapasya (meditasi). Mereka pergi ke Himalaya dan membuat pertapaan yang bernama Vadarikasrama.
( Dalam beberapa purana disebutkan bahwa dua rsi kembar ini adalah reinkarnasi dari Visnu.)
Indra mengkhawatirkan meditasi Nara dan Narayana. Mereka mungkin saja mendapat anugerah sebagai hasil meditasinya dan ingin mengusirrnya dari surga. Indra kemudian mengirimkan apsara (penari surgawi) Rambha untuk mencoba mengganggu rsi itu. Madana, dewa cinta, juga menemani Rambha.
Segera setelah dua orang rsi itu mencapai pertapaan, udara berubah. Musim semi datang, daun-daun bermunculan dan bunga-bunga bermekaran. Tumbuhan menjalar tumbuh di sepanjang sungai.
Narayana sangat terkejut dengan semua ini dan melihat dari meditasinya. Matanya tertuju pada Ananga.
“ Siapakah Ananga itu ? tanya Narada. “ Engkau tidak menyebutkan tentang dia sebelumnya .”
“Ananga adalah dewa cinta,” jawab Pulastya. Dia adalah anak Harsa dan nama lainnya adalah Madana, Kandarpa dan Kama. Dia dikenal dengan nama Ananga karena Siva membakarnya menjadi abu .” “ Mengapa Siva membakarnya menjadi abu ? tanya Narada.

Pulastya bercerita.

Setelah Sati meninggal, Siva sangat sedih. Dia mengembara berkeliling dunia, tetapi tidak dapat menemukan kedamaian. Ada sebuah sungai yang bernama Kalindi dan Siva pergi kesana untuk mandi. Tetapi air sungai itu tidak membuatnya merasa sejuk. Seketika air sungai Kalindi menjadi hitam. Sejak saat itu Kalindi menjadi tirtha yang terkenal.
Siva mengunjungi banyak tempat suci, tetapi ia tetap tidak memperoleh kedamaian. Terkadang ia menyanyi dan menari, sedang di saat lain ia menangis. Dia hampir menjadi gila. Ia memimpikan Sati dan berfikir bahwa mimpinya menjadi nyata.
Siva menderita penyakit. Saat ia mengalami hal ini, ia meminta pertolongan pada anak Kubera, Pancalika. Siva berkata pada Pancalika, “ Tolonglah aku dari sendawa yang aku derita. Aku akan memberkahimu .”
Pancalika setuju. Siva menganugerahi Pancalika bahwa ia akan dipuja sebagai Pancalesvara. Orang-orang akan memujanya terutama pada bulan Caitra. Pancalika dipuja dimana-mana tetapi ia akhirnya memutuskan untuk tinggal di gunung Kalanjara di sebelah selatan sedikit dari Himalaya.
Siva tetap mengembara dan pada akhirnya sampai di pegunungan Vindhya. Dalam sebuah hutan yang ada disana, Siva mendirikan Lingga-nya. Ketika lingga didirikan, seluruh bumi bergetar . Pegunungan pohon-pohon dan sungai bergetar.
Brahma pergi ke tempat Visnu, dan bertanya, “ Apa yang menyebabkan gempa ini ? Apakah engkau tahu yang menyebabkannya ?”
“ Ini karena lingga Siva didirikan. Mengapa kita tidak pergi ke sana dan melihat apa yang terjadi ?” jawab Visnu.
Brahma dan Visnu pergi ketempat dimana lingga itu dia tanam di tanah. Ini adalah lingga yang besar. Bagian atasnya hilang diseliputi awan dan bagian bawahnya mencapai alam bawah. Brahma dan Visnu ingin melihat ujung dan pangkal dari lingga itu. Visnu menaiki burung garuda dan menuju alam bawah. Brahma menaiki angsanya dan naik ke angkasa. Tetapi betapapun tinggi dan rendahnya mereka sampai, mereka tidak dapat menemukan ujung dan pangkal lingga itu. Rasa ingin tahu merekapun hilang. Mereka kembali memuja Siva. Siva muncul dihadapan mereka dan berkata, “ Mengapa engkau memujaku ? Aku sangat sedih karena kehilangan Sati ku sayang. Biarkanlah aku merasa damai .”
“ Kami memujamu karena kami sangat kagum dengan lingga itu .” jawab Brahma dan Visnu. “ Mulai sekarang lambang lingga ini akan dipuja oleh siapapun .”
Sementara itu Madana tengah mengintai Siva. Mata Siva menatap Madana dan ia memandang padanya dengan marah. Api membakar tubuh Madana, dari ujung kaki sampai dada. Ketika Madana melihat tubuhnya terbakar, ia menjatuhkan busur ditangannya. Busur itu patah menjadi lima dan melahirkan bunga cempaka yang harum, pohon bakula, pepohonan lain dan tumbuhan menjalar. Karena Madana tidak lagi memiliki badan, ia dikenal dengan nama Ananga. Kata ananga berarti orang yang tidak memiliki tubuh.
Siva menyesal setelah membakar Madana. Dia mengundurkan diri ke Himalaya untuk melakukan tapasya.
( Cerita dalam Vamana Purana, agak sedikit bercampur baur jika dibandingkan dengan purana lainnya. Banyak purana lain, seperti Matsya purana, menyatakan bahwa Brahma telah mengutuk Madana bahwa ia akan dibakar oleh Siva. Kemudian Sati tewas dan lahir sebagai Parvati, anak Himalaya. Parvati berharap menikah dengan Siva tetapi Siva sangat sibuk dengan tapasya-nya. Madana dikirim untuk mengganggu Siva dari tapasya nya dan dalam prosesnya ia dibakar oleh Siva. Hal ini diuraikan dalam Bhagavata purana dan Brahmavaisvarta purana. Vamana purana menceritakan Madana dibakar mendahului tapasya Siva walaupun setelah kematian Sati ).

Nara dan Narayana.

Anda akan ingat sampai dimana cerita kita tadi. Madana dan Rambha telah tiba di tempat itu untuk mengganggu meditasi rsi Nara dan Narayana.
Narayana menyadari kedatangan Rambha. Rambha sangat cantik dan harapan Indra adalah agar sang rsi jatuh cinta padanya dan melupakan doa-doa mereka.
Narayana melihat permainan ini dan berkata pada Madana, “ Selamat datang, dewa cinta yang agung, duduklah dan berbincanglah padaku .”
Ketika perbincangan berlangsung, Narayana memetik sekuntum bunga dan meremas-remas dipaha (uru)nya. Dari remasan ini muncul seorang wanita cantik yang bernama Urvasi. Nama ini diambil dari  kata Uru. Dia jauh lebih cantik daripada Rambha dan dengan melihatnya, Madana melupakan semua misinya.
Narayana tersenyum dan berkata pada Madana, “ Bawalah wanita Urvasi ini sebagai hadiah pada Indra. Biarkanlah ia menjadikannya seorang apsara .”
Karena ngeri akan kekuatan rsi itu, Madana pergi ke surga dan melaporkan apa yang terjadi pada Indra. Selanjutnya, Indra meninggalkan dua rsi itu sendiri dan cerita tentang kekuatannya menyebar ke segala penjuru.

Prahlada.

Para raksasa memiliki seorang raja yang bernama Hiranyakasipu, yang amat jahat. Visnu membunuh raja yang jahat itu dan menobatkan Prahlada, anak Hiranyakasipu sebagai raja para raksasa.
Prahlada adalah raja yang sangat baik. Ia sangat hormat pada para dewa, dan Brahmana. Upacara keagamaan dilakukan dengan penuh kepercayaan di kerajaannya. Para Brahmana melakukan tugas mereka dengan damai, melakukan tapasya dan mengunjungi tirtha. Dharma (kebaikan) berkembang luas.
Ada seorang rsi yang sangat sakti bernama Cyavana. Suatu hari, ia pergi ke sebuah tirtha yang bernama Nakulesvara yang terletak di tepi sungai Narmada. Ketika Cyavana masuk ke dalam sungai untuk mandi, seekor ular hitam datang dan menggigitnya. Tetapi rsi ini mulai berdoa pada Visnu dan racun ular itu menjadi tidak berbahaya. Namun, ular itu ingin menyeret Cyavana kealam bawah. Semua raksasa (danava dan daitya) yang hidup di alam bawah memuja sang rsi dan dibawa menghadap sang raja, Prahlada.
Prahlada bertanya pada Cyavana, “ Beritahu kami tentang tirtha yang ada di langit, di bumi dan alam bawah .”
“ Terdapat banyak tirtha .” jawab rsi itu .” tetapi tirtha yang terbaik di langit adalah Puskara, yang terbaik di bumi adalah Naimisatirtha, dan terbaik di alam bawah adalah Cakratirtha .”
Mendengar hal ini, Prahlada berfikir bahwa merupakan gagasan yang baik untuk mengunjungi Puskara. Tetapi terlebih dahulu para raksasa itu pergi dan mandi di Naimisatirtha. Setelah ia selesai mandi, Prahlada pergi berburu dengan temannya dan sampailah ia di tepi sungai Saraswati. Ada sebuah pohon sala yang tumbuh disana dan di pohon itu cabang-cabangnya semua patah karena terkena anak panah. Tak satupun yang tidak terkena anak panah.
Agak sedikit jauh dari pohon itu, Prahlada bertemu dengan dua orang rsi. Mereka berambut tersanggul dan mengenakan pakaian kulit rusa. Mereka sedang tenggelam dalam meditasi. Tetapi disampingnya tergeletak dua buah busur ilahi. Dan bumbung yang penuh dengan anak panah. Prahlada mengira bahwa kedua rsi ini mungkin saja bukan rsi sungguhan. Mereka pastilah rsi palsu, kalau tidak mengapa mereka membawa senjata seperti itu ?
“ Mengapa engkau berpura-pura mandi rsi ? tanyanya. “ Tapasya dan senjata adalah sesuatu yang bertolak belakang .”
“ Mengapa engkau merasa terganggu ? tanya para rsi-rsi itu. “ Kami hanya melakukan sesuatu yang sesuai dengan kekuatan kami .”
“ Bagaimana engkau berani berbicara tentang kekuatan ? tanya Prahlada. “ Aku adalah raja dari para raksasa. Aku sumber dari segala kekuatan kalian. Bagaimana mungkin engkau memiliki kekuatan mandiri ?”
“ Mungkin saja ,” jawab sang rsi. Kami adalah Nara dan Narayana. Kami memiliki banyak kekuatan. Tak seorangpun dapat menyamai kekuatan kami .”
Kata-kata ini membuat Prahlada menjadi gusar dan ia mengatur pasukannya pada formasinya dan menyerang para rsi. Nara dan Prahlada bertarung lebih dahulu satu sama lain, dengan saling melepaskan rangkaian anak panah. Langit tertutup oleh anak-anak panah yang beterbangan ke segala arah. Ketika anak-anak panahnya sudah tak berfungsi, Prahlada mengambil senjata yang bernama Brahmastra. Nara menangkis senjata ini dengan senjata ilahi lain yang bernama narayanastra. Prahlada kemudian mengambil agneyastra dan Nara menangkisnya dengan mahesvarastra. Prahlada kemudian mengambil sebuah gada untuk bertarung.
Sejau ini Narayana tidak ambil bagian dalam pertarungan ini. Ia sekarang menggantikan Nara dan memasuki arena pertarungan. Gada Prahlada memukul kepala Narayana dan hancur menjadi ratusan  keeping. Narayana dan Prahlada mulai melepaskan anak-anak panahnya masing-masing. Pertempuran itu sangat hebat sehingga para dewa berbaris di angkasa untuk melihat apa yang terjadi. Narayana mematahkan busur Prahlada dengan anak panahnya. Raja raksasa itu akhirnya berperang dengan menggunakan tombak, jerat dan tongkat. Akhirnya salah satu dari anak panah Narayana menembus dada Prahlada dan ia jatuh di keretanya, tak sadarkan diri. Kusirnya menyingkirkan Prahlada untuk menyelamatkannya.
Ketika Prahlada tersadar ia bertarung lagi. Tetapi Narayana berkata padanya. “ Ini adalah waktu untuk berdoa senja hari. Datanglah besok pagi dan kita akan melanjutkan pertempuran kita .”
Besok paginya Prahlada kembali dan dua satria itu bertarung kembali. Perang berlangsung selama ribuan tahun dan Prahlada berfikir bahwa tak mungkin baginya untuk mengalahkan Narayana. Dalam keadaan bingung ia mulai memohon pada Visnu.
Visnu menampakkan diri pada Prahlada dan berkata, “ Lupakan tentang usahamu untuk mengalahkan Narayana. Dia tak terkalahkan. Para dewa dan raksasa tak mampu untuk mengalahkannya, walaupun mereka bersatu .”
“ Tetapi aku bersumpah untuk mengalahkan Narayana.” Jawab Prahlada. “ Jika dia memang benar-benar tak terkalahkan, perlawananku tak akan berguna. Aku tidak mempunyai pilihan lain selain membunuh diriku sendiri .”
“ Tidak perlu, jawab Visnu. “ Pendekatanmu salah. Engkau telah mencoba untuk mengalahkan Narayana melalui peperangan dan itu bukanlah caranya. Narayana dapat dikalahkan melalui kepercayaan dan pengabdian. Aku memberitahu bahwa Narayana adalah salah satu inkarnasiku. Mohonlah padanya dan engkau akan berhasil .”
Ada seorang raksasa yang bernama Andhaka. Prahlada memintanya untuk menjaga kerajaannya dan pergi ke sebuah pertapaan yang bernama Vadarikasrama. Ia menyenangkan Nara dan Narayana dengan meditasi yang ia lakukan. Ketika mereka berniat memberinya anugerah, Prahlada ingin agar dosa yang telah ia lakukan dengan melawan mereka akan diampuni. Dia juga mohon agar selamanya menjadi pemuja Visnu, Nara dan Narayana. Para rsi itu mengabulkan anugerah ini dan mereka juga memberkati agar Prahlada tidak terkalahkan dan abadi.
Ketika Prahlada kembali ke kerajaan para raksasa, Andhaka mencoba mengembalikan kerajaannya. Tetapi Prahlada tidak menginginkannya. Dia menolak untuk memerintah sebagai raja. Dia berdoa pada Visnu dan memberikan nasehat-nasehat pada para raksasa.

Andhaka.

“ Tetapi, sela Narada, “ Aku mendengar bahwa Andhaka buta, bagaimana mungkin ia dapat menjadi raja ? Benarkah bahwa orang buta tidak boleh menjadi raja ?
“ Andhaka adalah putra Hiranyaksa, “ jawab Pulastya. “ Hiranyaksa adalah saudara Hiranyakasipu, sehingga Prahlada dan Andhaka adalah saudara sepupu. Engkau benar dengan mengatakan bahwa Andhaka buta. Tetapi ia dapat melihat kembali, sehingga ia menjadi raja .”
( Menurut purana lain, Andhaka adala keturunan Siva dan Parvati dan ia kemudian dijadikan anak angkat oleh Hiranyaksa. Visnu membunuh Hiranyaksa dalam wujudnya sebagai babi hutan ( Vahara ) dan Hiranyakasipu dalam wujudnya sebagai manusia setengah singa ( Narasimha ).
Setelah Andhaka menadi raja. Ia melakukan tugas pertama yaitu menyenangkan Siva melalui tapasya. Dia memperoleh anugerah dimana para dewa dan raksasa tak akan dapat membunuhnya, bahwa api tak akan dapat membakarnya dan air tak akan dapat membuatnya basah. Dengan kesaktiannya Andhaka ingin menguasai surga dan bumi. Dia menjadikan Sukracarya, penasehat para raksasa sebagai pendeta dan penasehatnya.
Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengalahkan raja-raja di bumi. Andhaka dan pasukannya sekarang menaklukan gunung semeru. Indra mengerahkan pasukan para dewa sehingga surga dapat dilindungi. Indra sendiri berperang dengan menunggangi gajahnya airavata. Dalam pasukan para dewa terdapat dua belas aditya, delapan vasu, visvadewa, dua asvini dan para marut.
Narada menyela pembicaraan Pulastya, “ Ceritakanlah padaku, apa yang ditunggangi oleh para dewa .” katanya. “ Aku ingin sekali mengetahuinya .”
Pulastya melanjutkan certia.
Indra mengendarai gajah putih yang bernama airavata. Yama menunggangi kerbau jantan hitam yang bernama Pundraka. Varuna menunggangi lumba-lumba yang bernama jaladhi. Para gandharva (penyanyi surga) menunggangi ular dan sebelas rudra mengendarai sapi jantan putih. Candra menuju peperangan dengan mengendarai kereta yang ditarik oleh lima ratus ekor angsa. Para aditya mengendarai kuda dan unta, sedangkan vasu mengendarai gajah. Dua asvini mengendarai kuda, dan para marut menunggangi rusa.
Para raksasa juga mengendarai binatang yang berda-beda. Kereta Andhaka ditarik oleh seribu ekor kuda hitam. Raksasa Virocana menunggangi gajah, kujambha menunggangi kuda dan ayohsanku mengendarai seekor singa. Para prajurit raksasa lainnya ada yang menggunakan kereta maupun berjalan kaki.
Pertempuran yang mengerikan terjadi. Debu yang tebal beterbangan dimana-mana dan tak sesuatupun terlihat. Kereta menghancurkan kereta yang lain. Gajah berperang dengan gajah, dan kuda melawan kuda yang lain. Sungai darah mengalir dan prajurit yang mati memenuhi medan perang. Burung bangkai berpesta dengan mayat dan burung pemangsa lainnya sangat senang. Sebagian dari medan perang itu telah menjadi kuburan.
Andhaka dan Indra berhadapan muka dan perangpun dimulai. Indra memiliki senjata yang menakutkan bernama vajra. Ia melemparkan vajra ini pada Andhaka. Walaupun senjata yang mengobarkan api ini dapat membunuh kuda dan kusirnya, tetapi senjata itu tidak dapat melukai dirinya. Andhaka mengembalikan vajra itu dengan ayunan pukulannya. Airavata pingsan karena kekuatan pukulan Andhaka. Indra merasa sudah cukup dan melarikan diri. Andhaka dengan gembira melanjutkan penghancuran para dewa.
Beberapa duel lain yang kasar terjadi antara para dewa dan raksasa. Andhaka memukul Yama. Virocana ingin menangkap dewa varuna. Dewa agni terkena pukulan tongkat Andhaka dan melarikan diri, Vayu, Candra, Surya, para sadhya, para vasu dan para asvini-tak satupun para dewa ini yang mampu mengimbangi keberanian Andhaka.
Saat itu Andhaka telah menaklukan ketiga dunia. Dia memaksa semua raja untuk membayar pajak padanya. Kota kerajaan Andhaka adalah sebuah kota yang bernama Asmaka, yang terletak di alam bawah.

Sukesi.

Ribuan tahun yang lalu, ada seorang raja raksasa yang bernama Vidyutkesi. Anak Vidyutkesi adalah Sukesi. Sukesi memiliki sifat-sifat yang baik dan Siva sangat senang dengannya dan memberinya anugerah sebuah kota yang mengambang di langit. Sebagai akibat memiliki kota itu, tak seorangpun yang dapat mengalahkan Sukesi dan ia menjadi tak terkalahkan.
Suatu hari Sukesi pergi ke sbuah kota yang terdapat di daerah Magadha. Hutan itu penuh dengan pertapaan orang suci. Sukesi menghormati para rsi itu. Ia iangin meminta nasehat yang baik dari para rsi.
Para rsi berkata padanya bahwa seseorang harus mengikuti jalan dharma (kebaikan). Ini berarti melakukan Yajna, mempelajari Veda dan memuja Visnu. Tentu inilah yang penting bagi para dewa. Dharma bagi para raksasa berarti bertarung dan memuja Siva. Para rsi harus menjalankan kebenaran dan menghabiskan waktu mereka untuk bermeditasi. Sedangkan bagi manusia dharma berarti mereka harus memberikan amal, melakukan upacara keagamaan, menghindari kehinaan, welas asih pada semua mahluk, mamaafkan, tidak melakukan tindakan kekerasan, mengendalikan indra-indra dan hormat pada para dewa.
Bumi dibagi menjadi tujuh bagian ( dvipa ). Namanya adalah ; Jambudvipa, Plaksadvipa, Salmalidvipa, Kusadvipa, Sakadvipa, dan Puskaradvipa. Juga terdapat tujuh lautan di bumi ini, dan namanya adalah ; Lavana, Iksu, Sura,Sarpi,Dadhi, Dugdha dan Svaduda. ( Purana lain menyebutkan nama Jala bukan Svaduda ). Dharma berbeda-beda dari satu dvipa dengan dvipa lainnya.
Terdapat tujuh neraka (naraka) dimana seorang pendosa disiksa. Terdapat 21 neraka dan nama neraka itu adalah ; Raurava, Maharourava, Tamisra, Andhata-misra, Kalasutra, Apratista, Ghatiyatra, Asipatravana, Taptakumbha, Kutasalmali, Karapatra, Svabhojana, Sandamsa, Launapinda, Karambha-sikata, Kitabhojana, Sonitapuyabhojana, Ksuragradhara, Nisita, Cakraka dan Samsosana.
Sukesi bertanya pada para rsi, “ Meliputi apa saja dosa-dosa itu dan kapan seorang pendosa mendapat neraka ?”
Dosa yang paling berat adalah menghina para dewa, kitab veda atau kaum Brahmana, tidak menaruh hormat pada kitab-kitab purana, membenci guru (guru) dan mengganggu yajna. Pendosa lainnya adalah mereka yang tidak akur dengan teman, sahabat dan saudara. Juga adalah sebuah dosa jika kita membuat seseorang tidak bahagia, atau melakukan pencurian. Mereka yang menghina orang tuanya, atau mereka yang merampok juga seorang pendosa. Sangatlah berdosa apabila makan mendahului para dewa, tamu atau orang tua. Seorang pendosa adalah yang menyentuh teman, istri, ibu, kakak, ayah saudara atau guru dengan kaki. Mereka yang menghancurkan kuil-kuil, sumur atau kolam ditakdirkan untuk menderita di neraka. Juga merupakan dosa bagi seseorang yang mengabaikan istri, anak-anak dan para pelayan pada saat bencana kelaparan. Engkau juga akan mendapat neraka jika membunuh seekor sapi atau mencuri tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar