Jumat, 07 Agustus 2015

Sanggah Tutuan dan Sanggah Arda Candra

Sanggah Tutuan dan Sanggah Arda Candra

Sanggah tutuan

SANGGAH TUTUAN

Sanggah Tutuan terbuat dari bambu yang berbentuk segi empat sama sisi dan biasanya memakai atap kelabang atau ijuk, dan pada sumbu atas dibentuk simpul yang menyerupai kerucut seperti rambut pendeta. Sanggah ini bertangkai dua sebagai kakinya yang tertancap ke tanah, sedangkan bagian atasnya masing-masing beercabang dua menyangga keempat sudut sanggah.


Sanggah Tutuan sebagai simbul atau personifikasi seorang Wiku yang mempunyai makna :
Sanggah merupakan sumber, sedangkan tutuan berasal dari suku kata TU-TUA-AN, dengan asal katanya TUA dapat akhiran AN maka menjadi TUAN yang dapat dimaknai yang dituakan atau pengelingsir. Pengelingsir disini diinterpretasikan sebagai seorang Maha Rsi atau Sang Meraga Putus. Dengan demikian Sanggah Tutuan merupakan simbul stana dalam pemujaan Sang Maha Rsi.

Contoh Sanggah Tutuan dipergunakan dalam upacara mecaru Panca kelud, untuk Sanggah upakara caru itik belalang kalung yang bertempat ditengah-tengah. Untuk Sanggah pengalang dewasa dalam pemujaan Begawan Wrespati, ada juga sanggah yang dipergunakan di sawah untuk pemujaan Dewa Rare Angon.

Sanggah semacam ini juga dipakai pada saat menanam ari-ari bagi anak yang baru lahir dalam pemujaan kepada Sang Hyang Mahayoni sebagai dewa pelindung Sang Bayi. 

Sanggah Ardhacandra

SANGGAH ARDACANDRA

Sanggah Arda Candra juga terbuat dari bambu berbentuk segi empat panjang, memiliki atap, tetapi atapnya berupa anyaman bambu, bentuknya melengkung ke arah memanjang dan berkaki satu. Maknanya sebagai berikut :
  • Sanggah artinya sumber, 
  • Arda Candra berarti bulan sabit, sebagai simbul Sang Hyang Ratih atau Sang Hyang Ayu. 
Dari kata Sang hyang Ayu diilustrasikan menjadi rahayu. Dengan demikian sanggah Arda Candra mengandung arti sebagai simbul stana dalam pemujaan terhadap Sang Hyang Ratih sebagai Dewi keindahan dan penyelamat.

Sanggah semacam ini dipergunakan pada upacara pengekeban seperti pada upacara perkawinan, potong gigi, ngeraja swala (menek kelih). Sanggah ini biasanya dipasang di kanan kiri pintu tempat pengekeban.

Sanggah ini juga dipergunakan sebagai sanggah damar kurung, baik pada upacara pengabenan maupun pada upacara Atma Wedana (pengerorasan/pemukuran/nyekah). Sanggah ini juga dipergunakan sebagai sanggah penjor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar