Kamis, 13 Agustus 2015

Merdeka Menurut Hindu

Merdeka Menurut Hindu

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kemerdekaan adalah sebuah kebebasan, tidak ada penindasan dari bangsa lain, tidak berada dibawah kekuasaan bangsa lain dan tidak ada campur tangan bangsa lain. Kini kemerdekaan memiliki arti yang lebih luas mencangkup segala aspek kehidupan; politik, sosial, hukum dan budaya. Mari kita mencoba merenungkan apakah bangsa indonesia telah merdeka jika kita melihat masih banyaknya orang-orang dinegeri ini yang bicara soal Ras. 
Bagaimana dengan kebebasan setiap pemeluk agama untuk melakukan ibadahnya membangun tempat ibadahnya?
Apakah sudah merasa nyaman dan aman?
Lalu bagaimana soal pendidikan, aspek hukum dan perekonomian apakah bangsa indonesia telah merdeka untuk semua itu? 
Kemerdekaan dari tahun ke tahun masih belum terlihat adanya kemerdekaan secara individual dan sosial di bangsa ini.


Kemerdekaan menurut Hindu adalah kemerdekaan seseorang untuk mengatasi/melawan tujuh hal yang menyebabkan orang mabuk, lupa daratan. 
Lalu apa hubungan dengan kemerdekaan dalam kehidupan berbangsa? 
Ketut Wiana, seorang tokoh Hindu Nasional dan Dosen Institut Hindu Dharma Negeri menjabarkan tentang hal itu.

Merdeka berasal dari bahasa Sansekerta dari kata ”maharddhika’‘ yang artinya berkuasa, bijaksana, orang berilmu. Dalam Kekawin Nitisastra IV.19 dijelaskan konsep ”mahardhika” amat nyata. Ada tujuh penyebab orang bisa mabuk. Tetapi barang siapa yang tidak mabuk atau dapat menguasai tujuh penyebab mabuk itu dialah yang disebut hidupnya ”merdeka”. Dialah orang bijaksana bagaikan Sang Pinandita. Ini artinya perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan itu adalah perjuangan untuk membangun tujuh hal yaitu surupa, guna, dhana, kula, kulina, yowana, sura, kasuran. Yang penting ketujuh hal itu tidak membuat mabuk atau dapat menguasai tujuh penyebab mabuk itu.

Didalam Nitisastra IV. 19 disebutkan:
Lwirning mangdadi madaning jana sur pa guna dhana kula kulina yowana
lawan tang sura len kas aran agawe wereh manahikang sarat kabeh, 
yan wwanten wang sira sang dhanewsara sur apa guna dhana kula yowana 
yan ta mada maharddhikeka panggarannia sira putusi sang pinandita.
Hal yang dapat membikin orang mabuk adalah keindahan rupa, kepandaian, kekayaan, kemudahan, kebangsawanan, keberanian dan air nira. Barang siapa tidak mabuk karena semuanya itu dialah yang dapat disebut merdeka (mahardika), bijaksana bagaikan Sang Pinandita.
Adapun tujuh hal penyebab mabuk (sapta timira) adalah:
  1. Surupa yaitu keindahan rupa seperti cantik bagi mereka yang perempuan dan ganteng bagi mereka yang laki-laki. Cantik dan ganteng ini tentunya tidak ada artinya dalam hidup ini kalau tidak disertai dengan sehat dan bugar. Kalau kebetulan berhasil lahir cantik atau ganteng tentunya amat membahagiakan. Ini artinya hidup ini boleh dan semestinya berusaha untuk menguatkan eksistensi cantik dan ganteng tersebut dengan usaha membina kesehatan diri yang bugar dan segar. Yang penting hal itu tidak menyebabkan orang itu mabuk. Ada sementara fakta sosial yang kita jumpai bahwa ada orang yang cantik atau ganteng tetapi sulit mendapatkan pasangan yang ideal karena sering tampil sombong atau gelap hati karena kecantikan atau kegantengannya itu. Ini artinya dia dijajah oleh kecantikan atau kegantengannya.
  2. Guna artinya ilmu terapan yang telah memberikan makna pada kehidupan. Dalam Nitisastra II.5 ada dinyatakan: Norana mitra mengelewihaning wara guna maruhur. Artinya tidak ada sahabat yang melebihi bersahabat dengan ilmu pengetahuan yang luhur. Ilmu itu adalah tongkat penunjang kehidupan. Dalam susastra Hindu di Bali disebut: matungked tutur utama. Ini artinya ilmu itu adalah sarana untuk mensukseskan tujuan hidup. Kalau tongkat ilmu pengetahuan itu telah dimiliki, selanjutnya mereka tidak sombong atau mabuk karena ilmu pengetahuan itu, dialah yang disebut merdeka. Kalau mereka itu sombong bersikap ekslusif karena memiliki ilmu pengetahuan itu artinya mereka belumlah merdeka. Bahkan bisa menjadi budaknya ilmu pengetahuan.
  3. Dhana artinya memiliki kekayaan berupa harta benda. Hubungan kekayaan dengan manusia ibarat air dengan perahu. Perahu tidak bisa berlayar tanpa air. Tujuan perahu berlayar bukan mencari air, tetapi, mencari pantai tujuan. Kalau salah caranya perahu berlayar, air itulah yang menenggelamkan perahu tersebut. Ini artinya harta benda itu adalah sarana hidup untuk menyelenggarakan kehidupan. Janganlah sampai harta benda itu menenggelamkan hidup ini sehingga justru menggagalkan usaha mencapai tujuan hidup. Orang yang sombong dan mabuk karena merasa memiliki harta benda itu artinya mereka belum merdeka.
  4. Kula kulina artinya memiliki keturunan yang mulia. Lahir dalam keluarga yang mulia artinya dari keluarga orang suci, orang berjasa pada bangsa atau orang yang kaya dermawan adalah suatu karunia yang patut disyukuri. Yang penting tidak mabuk karena merasa memiliki wansga yang mulia itu. Apa lagi Bhagawad Gita menyatakan bahwa membangga-banggakan wangsa (abhijana) itu salah satu sifat manusia yang keraksasaan atau asuri sampad.
  5. Yowana artinya senantiasa punya semangat muda. Semangat muda didukung oleh kesehatan yang prima dan wawasan yang luas tentunya karunia yang amat utama. Apa lagi delapan sistem ajaran Ayurveda itu salah satu adalah Rasayana Tantra yaitu ilmu kesehatan untuk membina hidup sehat bugar awet muda. Yang penting tidak sombong karena kemudaan dan segalanya itu. Kalau sombong dan mabuk karena kemudaannya itu artinya ia belum juga merdeka.
  6. Sura artinya nira atau di Bali disebut tuak. Minuman itu mengandung alkohol. Memang ada obat tertentu yang membutuhkan alkohol sebagai salah satu unsur yang membentuk obat tersebut. Yang penting jangan sampai alkohol itu diminum di luar fungsinya sebagai obat sampai kecanduan. Kalau sampau mabuk-mabukan itu artinya mereka itu belum juga merdeka.
  7. Kasuran artinya pemberani karena memiliki kesaktian artinya memiliki ilmu dan kemampuan untuk mengamalkan ilmu tersebut dalam kehidupan empiris. Mereka yang sakti itu tentunya menjadi dambaan masyarakat pada umumnya. Yang penting mereka tidak sombong dan mabuk karena semuanya itu. Kalau mabuk artinya mereka belum merdeka.
Setiap tahun kemerdekaan selalu diperingati dengan ajakan mari isi kemerdekaan dengan pembangunan, tidak perlu terlalu muluk-muluk. Pembangunan diri sendiri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Menghargai perbedaan, menjunjung tinggi persatuan. Dirgahayu Bangasaku! Om Santhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar