Kamis, 16 Juli 2015

benarkah sampradaya Gama Bali?

benarkah sampradaya Gama Bali?



Dancing With Siva Lexicon mendefinisikan sampradaya : "Doktrin tradisional tentang Pengetahuan."
Sebuah aliran yang hidup dari tradisi atau teologi dalam agama Hindu, diteruskan secara latihan lisan dan upanayana (inisiasi). Istilah ini berasal dari kata kerja samprada, yang artinya "memberi, menghadiahi, menyerahkan, menganugrahkan; menurunkan melalui tradisi, mewariskan." Sampradaya karena itu adalah satu filosopi yang diturunkan melalui sejarah dengan penyampaian bahasa lisan.

Istilah ini lebih inklusif (mencakup) dibandingkan dengan istilah sejenis yaitu parampara yang berarti satu garis keturunan yang hidup dari para guru yang telah disucikan yang mengejawantahkan dan meneruskan suatu sampradaya. Masing-masing sampradaya sering direpresentasikan oleh banyak parampara.

Lalu apa itu parampara?

Parampara atau sering disebut guru parampara adalah "suksesi atau pergantian guru".
Secara literal parampara berarti, dari satu kepada yang lain. Satu garis guru spiritual dalam inisiasi dan suksesi yang otentik; rantai kekuatan mistik dan penerusan yang sah; dari satu guru kepada guru yang lain.

The Oxford Dictionary of World Religions memberikan definisi sampradaya sebagai berikut : "Dari bahasa sansekerta sam-pra da, memberikan atau menyerahkan secara sempurna, menurunkan melalui tradisi. Dalam agama-agama India, setiap doktrin yang mapan dan satu perangkat praktek-praktek diteruskan dari satu guru kepada guru yang lain. Dari sini lalu muncul pengertian setiap kelompok ajaran agama yang sektarian.

Dalam Mahabarata (Anusasanaparva 141), empat sampradaya (yang dianggap) sebagai permulaan sampradaya dicatat sebagai cara peningkatan asketisme melalui mana tapa dilahirkan :
  • kuticaka, tetap tinggal dalam dan didukung oleh keluarga mereka; 
  • bahudika tinggal dekat pemukiman dan menerima makanan hanya dari keluarga bramana; 
  • hamsa (angsa) mengembara dari satu tempat ke tempat lain, masih menikmati kesenangan secara minimum; 
  • paramahamsa, mengembara tanpa tempat tinggal, meninggalkan segala miliknya, termasuk mangkuk untuk meminta-minta bahkan pakaiannya."

Singkatnya sampradaya adalah garis perguruan yang mengikuti suatu aliran philsafat atau teologi tertentu yang didirikan oleh seorang guru. Lalu pertanyaannya;
siapa atau kelompok mana di Indonesia (khususnya Bali) yang dapat disebut sampradaya?

Pengikut Sai Baba saya dengar dalam Anggaran Dasar barunya tegas-tegas menyatakan dirinya bukan sampradaya.
Jadi siapa saja yang dianggap sampradaya di Bali?

Ada yang mengatakan bahwa agama Hindu yang oleh orang Bali juga adalah sampradaya. Betulkah?
Sampradaya tidak sama dengan denominasi (denomination), yang artinya "satu kelompok agama dalam sebuah agama besar, memiliki keyakinan dan organisasi yang sama."

Denominasi Hindu yang utama adalah Waisnavaisme, Sivaisme dan Saktaisme. Perbedaan terletak pada istadewata yang dipuja, derajat dari jalan untuk mencapai tujuan (pandangan masing-masing atas tiga yoga). Di dalam masing-masing denominasi ini terdapat beberapa sampradaya. Misalnya;
  • Waisnawa terdapat Ramanujasampradaya, 
  • pengikut aliran filsafat Visisthaadvaita yang didirikan oleh Ramanuja, 
  • Brahmasampradaya pengikut aliran filsafat Dvaita yang didirikan oleh Madva, 
  • Rudrasampradaya yang didirikan oleh Vallabha, 
  • Srisampradaya yang didirikan oleh Swami Ramananda yang menerima sadhu dari semua kasta dan wanita. 
Dewasa ini banyak sekali kelompok-kelompok yang menyebut dirinya sebagai sampradaya, jumlahnya diperkirakan lebih dari 300 (tigaratus). Hampir setiap Swami yang populer mendirikan sampradaya baru.

Kembali kepada pertanyaan di atas betulkan agama Hindu yang dianut oleh orang Bali juga adalah sampradaya? 
Orang-orang Hindu di Bali dan Jawa memuja Tri Murti (ingat Mantram Tri Sandya). Di dalam agama Hindu yang dianut oleh orang Bali dan Jawa terdapat keempat denominasi utama sekalipun yang dominan adalah Sivaisme. Di samping itu di dalam wilayah tattva dan kehidupan sehari-hari orang Bali dan Jawa dikenal juga realitas mutlak yang disebut Sang Hyang Widdhi.

Bila ada lukisan atau patung/citra mengenai Tri Murti (Brahma, Wisnu dan Siwa) kita, atau paling tidak saya, belum pernah menemukan lukisan atau patung Sang Hyang Widdhi. Jadi, menurut saya, Sang Hyang Widdhi adalah Nirguna Brahman. Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, pernyataan bahwa agama Hindu yang dianut oleh orang Bali adalah sampradaya tidak memiliki dasar..

Sekarang mengenai sampradaya.
Sampradaya sering di "promosikan" sebagai giat mempelajari Weda? Betulkah? 
Mudah-mudahan.
Atau hanya mempelajari Bagawad Gita dan beberapa Purana? 
Ini pun sudah bagus juga.
Tetapi apakah hasilnya?
Saya belum melihat kelompok (2) ini menerbitkan bulletin atau majalah yang teratur dan berbotot. Saya juga belum melihat mereka menghasilkan buku-buku agama Hindu yang berbobot.
Ataukah mungkin kesibukan utama mereka adalah bhajan dan kirtanam? 
Ini pun bagus juga. Ini pun dapat juga disebut "studi Weda" tetapi hanya untuk satu bagian kecil saja, sekalipun penting juga. Dengan kata lain kegiatan utamanya masih berkisar pada ritual juga.

(Bahan dari buku "Hindu Akan Ada Selamanya" dan "Bagaimana Menjadi Hindu?" keduanya terbitan Media Hindu yang diasuh oleh "sampradaya" Bhagawan Byasa, alias orang-orang Hindu yang biasa). sumber: okanila.brinkster.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar